phone: +62 813 4833 4566
e-mail: bpk.haurgading@gmail.com

Jumat, Mei 02, 2014

Ulat Grayak dan Cara Pengendaliannya

(sumbergambar: alvegasgreen.blogspot.com)

Ulat grayak dikenal dengan nama latin Leucania spp dan Spodoptera spp.
Ulat "Grayak" sangat ditakuti oleh petani karena setiap musim panen hama ini selalu ada. Ulat "grayak" ini menyerang tanaman padi pada semua stadia. Serangan terjadi pada malam hari dan siang harinya, larva ulat "grayak" bersembunyi pada pangkal tanaman, dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi.
Seranga ulat ini memakan helai-helai daun dimulai dari ujung daun dan tulang daun utama ditinggalkan sehingga tinggal tanaman padi tanpa helai daun.
Pada tanaman yang telah membentuk malai, ulat "grayak" kadang-kadang memotong tangkai malai, bahkan ulat "grayak" ini juga menyerang padi yang sudah mulai menguning . Batang padi yang mulai menguning itu membusuk dan mati yang akhirnya menyebabkan kegagalan panen.
Serangga dewasa dari jenis Leucania Separata memiliki ukuran panjang bentangan sayap depan antara 45 - 50 mm dengan warna bervariasi antara merah bata sampai coklat. Serangga ini berumur 3 - 7 hari dan untuk seekor serangga betina ini dapat bertelur sebanyak 80 - 230 butir.
Serangga dewasa jenis Spodoptera litura, memiliki ukuran panjang badan 20 - 25 mm, berumur 5 - 10 hari dan untuk seekor serangga betina jenis ini dapat bertelur 1.500 butir dalam kelompok-kelompok 300 butir. Serangga ini sangat aktif pada malam hari, sementara pada siang hari serangga dewasa ini diam ditempat yang gelap dan bersembunyi.
Serangga ini memiliki telur dengan bentuk bulat. Telur dari serangga Leucania separata susunannya diletakkan dalam 2 barisan dalam gulungan daun atau pada pangkal daun permukaan sebelah bawah, dengan ukuran 0,5 x 0,45 mm, berwarna putih abu-abu dan berubah menjadi kuning sebelum menetas. Sedangkan serangga Spodoptera F susunan telurnya diletakkan dalam kelompok tiap kelompok tersusun oleh 2 - 3 lapisan telur, dan kelompok telur tertutup oleh bulu-bulu pendek berwarna coklat kekuningan dengan umur telur 3 - 4 hari.

Larva Leucania separata memiliki jumlah instar 6 dengan ukuran instar 1 panjang 1,8 mm dan instar 6 panjang 30 - 35 mm berwarna hijau sampai merah jambu dan berumur 14 - 22 hari. Pada bagian punggungnya terdapat 4 garis berwarna hitam yang membujur sepanjang badan.
Larva Spodoptera litura memiliki jumlah instar 5 dengan ukuran instar 1 panjang 1,0 mm dan instar 5 panjang 40 - 50 mm berwarna coklat sampai coklat kehitaman dengan bercak-bercak kuning dan berumur 20 - 26 hari. Sepanjang badan pada kedua sisinya masing-masing terdapat 2 garis coklat muda.
Serangga ulat "Grayak" perlu diwaspadai karena pada siang hari tidak tampak dan biasanya bersembunyi di tempat yang gelap dan didalam tanah, namun pada malam hari melakukan serangan yang hebat dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan panen, mungkin itulah sebabnya maka serangga ini disebut sebagai ulat grayak.
Pada lahan sawah yang kering sering sekali terserang oleh hama ulat grayak, oleh karena itu untuk pengendalian ulat grayak ini kondisi tanah sawah hendaknya diari dan perlu pengamatan lebih awal agar tidak terjadi serangan yang hebat.
Pengamatan awal dapat dilakukan dengan cara apabila ada kupu-kupu atau ngengat serta terlihat adanya telur serangga dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu menangkap kupu-kupu dengan menggunakan jaring serta membunuh telur-telur serangga yang dijumpai.
Meskipun umur larva atau ulat grayak ini berkisar 20 - 26 hari, namun perlu diwaspadai karena larva atau ulat ini dapat menyerang hampir semua tanaman termasuk padi pada semua stadium pertumbuhan.
Setelah 20 - 26 hari ulat ini hidup dan menyerang tanaman, maka ia akan berubah menjadi kepompong dan selanjutnya berubah jadi kupu-kupu. Kupu-kupu bertelur dan setelah 4 - 5 hari akan menetas menjadi ulat atau larva yang akan menyerang tanaman.

Pengendalian
Ulat grayak dapat dikendalikan dengan cara:
1) pengendalian secara biologi antara lain dengan memanfaatkan predator laba-laba antara lain Oxyopes sp, Lycosa sp dan parasitoid Eurytoma poloni, penggunaan jamur patogen serta menggunakan serangga lain Beauveria bassiana;
2) pembrantasan dengan menggunakan pestisida hanya dilakukan bila populasi ulat grayak mencapai ambang pengendalian dengan azas 6 tepat (jenis, dosis, konsentrasi, cara, waktu dan sasaran);
3) pembersihan/sanitasi lingkungan disekitar lahan pesemaian/ pertanaman;
4) penggenangan pesemaian/pertanaman;
5) pengendalian dengan insektisida efektif yang terdaftar dan diijinkan pada saat larva ulat grayak masih kecil dan bila telah ditemukan rata-rata ≥ 2 ekor per rumpun; dan
6) penggenangan dilakukan agar ulat naik ke batang dan dilakukan penyemprotan pada malam hari, dengan cara ini hasilnya lebih efektif.

Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu/PTT (Integrated Crop Management/ICM)
Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), merupakan upaya penyempurnaan teknologi yang sudah ada sebelumnya yaitu teknologi Pengelolaan Hama Terpadu/PHT (Integrated Pest Management/IPM). Titik berat dari PHT adalah pengelolaan hama, penggunaan benih sehat, varietas unggul, teknik budidaya optimal dan tindalkan lainnya agar hama dapat terkendali dengan baik. Selanjutnya dalam teknologi PTT, telah dilakukan penyempurnaan yang meliputi:
1) pemilihan komoditas adaptif sebagai komponnen pola pergiliran tanaman;
2) pemilihan varietas unggul adaptif;
3) pergiliran tanaman yang dapat menambah kesuburan tanah;
4) pengelolaan tanah, hara tanaman, air dan tanaman secara optimal;
5) pengenadlian hama penyakit sesuai prinsip PHT; dan
6) penanganan pasca panen secara optimal untuk memperoleh produk bermutu tinggi dan keuntungan yang wajar.
Peneraan teknologi PTT di beberapa daerah dengan menggunakan inovasi teknologi penggunaan benih unggul bermutu, bibit muda, pemupukan berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan tanaman akan unsur hara serta sistim penanaman dengan teknologi tabela legowo 2:1 dan tapin legowo 2:1 ternyata menekan serangan hama penyakit dan mampu meningkatkan produksi hingga 15-30% serta mampu menghemat tenaga kerja hingga 30%. Rendahnya serangan hama ini antara lain karena pengaruh sistim legowo 2:1 yang menghasilkan ruangan lebih lebar dan memanjang diantara dua baris tanaman yang berjarak rapat [(25cm x 12,5cm) x 50cm] yang membuat iklim mikro menjadi tidak sesuai bagi perkembangan hama.


Sumber :
Petunjuk bergambar Hama dan Penyakit tanaman padi. Deptan
http://cybex.deptan.go.id