phone: +62 813 4833 4566
e-mail: bpk.haurgading@gmail.com

Minggu, Mei 25, 2014

Cara Tanam Padi Jajar Legowo Di Lahan Sawah

Cara Tanam Jajar Legowo 2:1

Cara Tanam Jajar Legowo 4:1

Tanam jajar legowo merupakan salah satu komponen PTT padi yang  dapat meningkatkan produksi serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme penggangu tanaman. Jajar legowo merupakan cara tanam dengan beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.
 
Ada beberapa tipe cara tanam jajar legowo yang umum dilakukan yaitu ; tipe legowo 2:1;  3:1;  4:1;  5:1;  6:1 dan tipe lainnya. Berdasarkan hasil  jajar legowo terbaik dalam memberikan hasil gabah tinggi adalah tipe 2:1, dapat meningkatkan produksi padi sebesar 12-22%.  Disamping itu sistem Legowo yang memberikan ruang yang luas (lorong) sangat cocok dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan (mina padi Legowo).
 
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman barisan pinggir. Umumnya tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada tanaman di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena kurangnya persaingan tanaman antar barisan.

Manfaat  tanam jajar legowo :

- Populasi tanaman padi meningkat sekitar 24% daripada tanaman tegel.
- Meningkatkan produksi 12 – 22 %.
- Memperbaiki kualitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir.
- Mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit.
- Memudahkan perawatan; penyiangan, pemupukan dan penyemprotan pestisida/fungisida.

Teknik Penerapan

a. Pembuatan baris tanam
Lahan sawah dalam keadaan macak-macak, melumpur dan rata. Lakukan pembentukan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik caplak (alat garis tanam), dibantu dengan tali yang dibentang dari ujung ke ujung lahan. Arah baris tanam sebaiknya sesuai dengan arah aliran air  dan  matahari terbit. Jika tanam tegel (20 x 20 cm) populasinya 250.000 rumpun per ha maka dengan  jajar Legowo 2:1 (40 x 20 x 10 cm)  populasi tanam meningkat jadi 333.000 rumpun.

b. Tanam
Bibit padi umur kurang dari 21 hari sebanyak 1-2 bibit ditanam pada pola yang terbentuk, dengan cara maju atau mundur sesuai kebiasaan regu tanam.
- Jajar legowo 2:1. Setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan.
- Jajar legowo 4:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Demikian seterusnya. Jarak tanam yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang ditengah.  Pada daerah yang serangan penyakit (blas/ hawar daun) cukup tinggi, tidak disarankan jajar legowo 4:1.

Teknik Pemeliharaan Tanaman

a. Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada alur yang berjarak 20 cm dan posisi yang memupuk pada tempat yang berjarak 40 cm. Dengan cara ini hanya 40 % dari lahan yang diberi pupuk dan pupuk terkosentrasi pada alur  20 cm. jarak  pupuk lebih dekat dengan perakaran sehingga hara yang diberikan dapat dimanfaatkan tanaman secara maksimal.

b. Penyiangan
Penyiangan sebaiknya dilakukan dengan landak/ gasrok cukup satu arah yaitu searah dalam barisan dan tidak perlu dipotong seperti pada cara tanam bujur sangkar (2 arah). Jarak tanam dalam barisan 10 cm tidak perlu dilakukan penyiangan karena gulma akan kalah berkompetisi dengan pertumbuhaan tanaman padi. Dengan cara tanam ini, biaya penyiangan dapat di tekan sampai 50 %.

c. Pengendalian Hama dan Penyakit
Adanya lorong-lorong yang berjarak 40 cm sinar matahari dan sirkulasi udara dapat berjalan optimal dan kelembaban dapat ditekan sehingga perkembangan hama/penyakit dapat diminimalisir. Disamping itu, kegiatan pemamtauan dan pelaksanaan pengendalian penyakit dapat lebih mudah dilaksanakan.

d. Panen
Panen dilakukan apabila padi telah masak  sempurna/kuning tua dan merata.  Panen dapat menggunakan sabit, mower atau alat panen lainnya.


SUMBER: INFOTEKTAN BPTP KALIMANTAN SELATAN Nomor: 01/KH-KN-RDN/TP/2012

Sabtu, Mei 24, 2014

Rekomendasi Teknologi PTT Padi Di Kabupaten Hulu Sungai Utara


Berikut rekomendasi teknologi padi per bulan Maret 2014

Varietas
Ciherang, Cibogo, Mekongga, Inpara 3, inpari 13, 17
benih bermutu & berlabel

Pupuk
Pemberian bo/pengembalian sisa tanaman/ pupuk organik pabrikan
Berdasarkan PUTR atau 200-100-100

Sistem Tanam
Jajar legowo 2:1
Umur bibit <20 hr, 1-3 btg/rpn
Umur bibit <25 hr, 3-5 btg/rpn (bila endemik keong mas)

Keterangan lainnya
Lahan lebak
Bila tidak ada galangan, sebaiknya menggunakan pupuk cair

Sumber: Litbang Kalsel Deptan

Jumat, Mei 23, 2014

TANAMAN OBAT-OBATAN (BAGIAN III)


  
21. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
 
Pegagan tumbuh liar di padang rumput, tepi selokan, sawah, atau ditanam sebagai penutup tanah di perkebunan dan di pekarangan sebagai tanaman sayur (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Bagian yang digunakan adalah herba (seluruh bagian tanaman kecuali akar).  Dalam keadaan segar, umumnya pegagan dikonsumsi sebagai lalap atau direbus, lalu diminum airnya (dr. Lestari Handayani, M. Med (PH) dan Dra. Herti Maryani, 2002).
Herba digunakan untuk pengobatan radang hati disertai kuning, campak, demam, sakit tenggorokan, selalu merasa haus, asma, radang mata merah, keputihan, infeksi dan batu saluran kencing, tekanan darah tinggi, perdarahan (muntah darah, batuk darah, kencing darah, mimisan), wasir, sirkulasi pembuluh darah balik yang buruk, sakit perut, disentri, cacingan, tidak nafsu makan, lepra, tuberkulosis, keracunan makanan (jengkol, udang, kepiting) dan keracunan bahan kimia (arsen dan obat-obatan), bengkak terpukul serta memar (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Pegagan juga berfungsi sebagai revitalisasi sel, yaitu mempercepat penyembuhan luka, luka bakar, borok kulit, pencegahan keloid, luka hipertropi, dan menjaga kesuburan wanita (Adi Permadi, 2008).
Cara penggunaannya, untuk obat yang diminum, cuci 30-60 g herba segar, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa menjadi 1 gelas.  Cara lain, giling herba sampai halus, lalu peras dan air perasannya diminum.  Bisa juga, seduh 1-2 g bubuk kering dengan air panas.  Setelah dingin, minum sekaligus.  Untuk mengobati keracunan, jus 500-1.500 g herba pegagan segar, lalu minum sekaligus (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Sedangakan untuk pemakaian luar, giling herba segar sampai halus, lalu tempelkan ke tempat yang sakit, seperti pada bisul, luka berdarah, luka bernanah, TBC kulit, eksim, dan gigitan ular.  Cara lain, rebus herba segar dan gunakan  air rebusannya sebagai obat kumur pada sariawan atau mencuci luka berdarah dan bernanah.  Ekstrak minyaknya dapat digunakan untuk merangsang pertumbuhan rambut (dr. Setiawan Dalimartha, 2000). 
Pegagan dapat memperkuat dan memberikan energi bagi otak.  Namun, dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek-efek negatif, seperti narkotik, stupor, sakit kepala, dan kadang-kadang koma (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).

22. Putri Malu (Mimosa pudica L.)

Putri malu tumbuh liar di pinggir jalan, lapangan terlantar, dan tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari.  Dahulu, daun putri malu dijual dengan nama buntu silit dan daun pis kucing.   Biasanya,  daun   tumbuhan  ini diletakkan di bawah bantal anak supaya cepat tidur (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Pada tanaman ini, bagian yang digunakan adalah herba dan akar dalam bentuk segar atau yang telah dikeringkan.  Dimana herba yang digunakan untuk pengobatan sulit tidur/insomnia, radang mata akut, radang lambung, radang usus, batu saluran kencing, panas tinggi pada anak-anak, dan cacingan.  Sedangkan untuk bagian akar digunakan untuk pengobatan rematik, radang saluran napas, asma, batuk berdahak, dan malaria (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Adapun cara pemakaiannya, untuk obat yang diminum, rebus 15-30 g herba segar, lalu air rebusannya diminum.  Untuk pemakaian luar, giling herba segar sampai halus, lalu bubuhkan ke bagian tubuh yang sakit, seperti luka, radang kulit bernanah, bengkak terpukul (memar) dan cacar (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Penggunaan akar putri malu dalam dosis tinggi dapat menyebabkan keracunan dan muntah-muntah.  Ibu hamil dilarang mium rebusan tumbuhan obat ini karena dapat menyebabkan kematian pada janin (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).

23. Rosela (Hibiscus cannabinus)
 
Rosela berkhasiat menyembuhkan kanker, kejang otot, jantung koroner, diabetes melitus serta sebagai stimulan hati (Adi Permadi, 2008).
Untuk membuat seduhan rosela mudah.  Bunga yang sudah dipetik, dijemur di bawah terik matahari selama 1-2 hari, agar memudahkan pemisahan lidah kelopak dan bijnya.  Kemudian cuci dengan air bersih dan jemur kembali selama 3-5 hari.  Remas kelopaknya, jika mudah menjadi bubuk artinya kadar air telah mencapai 4-5%.  Seduh 2-3 g teh rosela dengan air mendidih hingga larut dan air berubah menjadi kemerahan (Ir. Didah Nur Faridah, M. Si, 2008).
Khasiat rosela memang beragam.  Namun, hati-hati sebab tidak semua orang bisa mengkonsumsinya.  Tingkat keasamannya kemungkinan bisa berefek merugikan bagi pengidap penyakit maag.  Selain itu, hati-hati ketika mengkonsumsi minuman rosela dalam kemasan, bila warna merah semakin memudar, sebaiknya tidak dikonsumsi.  Penyebabnya pengolahan, pengemasan dan penyimpanan minuman tidak cukup menjaga senyawa aktif di dalamnya sehingga khasiatnya menghilang seiring warna merah yang memudar (Ir. Didah Nur Faridah, 2008).

24. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Nees)

Seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat.  Sambiloto bisa digunakan dalam keadaan segar atau kering sesuai dosis yang disarankan.  Untuk pengobatan dalam, tanaman direbus,  lalu  diminum   airnya.  Jika   rasa pahit pada saat minum jadi kendala, serbuk herba dapat dimasukkan ke kapsul, lalu diminum.  Untuk pengobatan luar, setelah diproses, sambiloto dapat ditempel langsung atau direbus, lalu airnya digunakan untuk cuci/kompres (Adi Permadi, 2008).
Sambiloto berkhasiat menyembuhkan typhus abdominalis, disentri, diare, flu, sakit kepala, panas, influenza, radang paru, TBC paru, radang saluran napas, radang paru, batuk rejan, darah tinggi, infeksi mulut, tonsilitis, paringitis, infeksi telinga, kencing manis, kencing nanah, digigit ular berbisa, kudis dan luka bakar (Drs. H.Arief Hariana, 2006).
Air rebusan daun sambiloto bisa dipakai membangkitkan nafsu makan, obat demam, kanker, penyakit trophoblastik, hamil anggur, kolesterol, dan asam urat serta hepatoprotektor (Adi Permadi, 2008).

25. Sambung Nyawa (Gynura procumbens Back.)
 
Daun sambung nyawa bisa digunakan dalam bentuk segar atau kering untuk pengobatan luar dan dalam.  Untuk pengobatan dalam, tanaman direbus, lalu diminum airnya.  Bisa juga meminum serbuk herba yang dimasukkan dalam kapsul.    Dan untuk pengobatan luar, setelah diproses, tanaman dapat ditempel langsung atau digosokkan pada bagian yang sakit (Adi Permadi, 2008).
Penyakit yang dapat diobati yaitu tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, tumor, diabetes mellitus, lever, wasir, radang pita tenggorokan, sinusitis, maag, kena bisa ular dan semut hitam (Drs. H. Arief Hariana, 2006).

26. Sereh Wangi/Serai (Cymbopogon nardus (L.) Rendle)

Serei biasanya ditanam di pekarangan rumah.  Perbanyakan tanaman dengan anakan.  Serei menghendaki tempat yang cukup sinar matahari (Drs. H. Arief Hariana, 2006).
Serei bersifat rasa pedas dan hangat dan bermanfaat sebagai antiradang, menghilangkan rasa sakit, dan melancarkan sirkulasi darah.  Seluruh bagian tanaman dapat digunakan untuk menyembuhkan beragam penyakit seperti sakit kepala, nyeri lambung, diare, batuk, nyeri sendi, memar, pegal, haid tidak teratur dan bengkak setelah melahirkan.   Untuk pengobatan dalam, penggunaan tanaman ini biasanya terlebih dulu direbus dan diminum airnya.  Untuk pengobatan luar, setelah diproses, tanaman dapat ditempel langsung atau digosokkan pada bagian yang sakit (Drs. H. Arief Hariana, 2006).

27. Sirih (Piper betle L.)
 
Bagian yang digunakan adalah daun.  Sirih bisa digunakan dalam bentuk segar atau kering.  Untuk pengobatan dari dalam, daun direbus, lalu diminum airnya.  Bisa juga meminum serbuk herba yang dimasukkan dalam kapsul.  Sedangkan untuk pengobatan luar, setelah diproses, tanaman dapat ditempel langsung atau digosokkan pada bagian yang sakit (Adi Permadi, 2008).
Tanaman ini digunakan untuk mengobati batuk, bronkhitis, bisul, menghilangkan bau badan dan keringat berlebihan, luka bakar, mimisan, mata gatal dan mata merah (Drs. H.Arief Hariana).
Selain itu bisa juga menyembuhkan sariawan, koreng, pendarahan gusi, bau mulut, jerawat, keputihan, dan mengurangi produksi ASI yang berlebihan (Adi Permadi, 2008).

28. Sirsak (Annona muricata L.)

Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman ini adalah daun dan buah.  Buahnya dapat dikonsumsi langsung, baik yang masih mentah atau sudah masak (Adi Permadi, 2008).
Sirsak biasa digunakan untuk mengatasi anti kejang, peluruh keringat, kekurangan vitamin C, disentri, bisul, ambeien, sakit kandungan urine dan anyang-anyangan (Drs. H. Arief Hariana, 2006).
Untuk peluruh keringat dan antikejang, cuci bersih 7 lembar daun segar, lalu direbus dengan 3 gelas air samapi mendidih dan tersisa 1 gelas.  Setelah dingin, saring ramuan dan minum sehari sekali.  Untuk mengatasi bisul, ambil daun segar secukupnya, cuci bersih, lalu lumatkan daun hingga halus.  Tambahkan sedikit air, lalu aduk lumatan daun hingga menjadi adonan.  Tempelkan ramuan di permukaan atas bisul (Drs. H. Arief Hariana, 2006).
Sedangkan untuk mengatasi kekurangan vitamin C dan disentri, cuci bersih buah sirsak mentah, lalu kupas kulit dan buang bijinya, makan buah secukupnya.  Untuk ambeien, buah sirsak yang sudah dikupas dan dibuang bijinya diblender lalu saring hingga diperoleh sari buahnya.  Minum sari buah sirsak 2 kali sehari, masing-masing 1 gelas.  Dan untuk mengobati sakit kandung urine dan anyang-anyangan, kupas buah sirsak setengah masak, potong-potong menjadi bagian yang kecil dan buang bijinya.  Tambahkan sedikit gula dan garam secukupnya, rebus dengan air secukupnya hingga mendidih.  Makan hasil rebusan itu berikut airnya seperti makan kolak.  Ulangi konsumsi ramuan sampai sembuh (Drs. H. Arief Hariana 2006). 

29. Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers)
 
Seluruh bagian tanaman segar dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk mengatasi beragam penyakit seperti nyeri lambung, diare, muntah darah, rematik, disentri, demam, radang amandel, radang telinga luar, dan wasir (Drs. H. Arief Hariana, 2006).
Untuk nyeri lambung dan diare, cuci bersih 5 lembar daun lalu tumbuk.  Peras hasil tumbukan dengan kain bersih, lalu tambah sedikit garam dan aduk rata, minum ramuan tersebut sekaligus.  Untuk mengatasi rematik, cuci bersih 30 gram tanaman, rebus dengan 3 gelas hingga mendidih dan airnya tinggal 1 gelas.  Setelah dingin, saring ramuan.  Minum ramuan 2 kali sehari, masing-masing ½ gelas.  Disentri, diare, dan demam dapat diatasi dengan menghaluskan daun sosor bebek secukupnya setelah dicuci bersih.  Gunakan ramuan sebagai tapal di perut.  Lakukan pengobatan sehari 2 kali (Drs. H. Arief Hariana, 2006).
Cuci bersih 7 lembar daun, lalu lumatkan.  Peras hasil tumbukan dengan kain saring.  Untuk mengatasi radang amandel, gunakan air perasan untuk kumur-kumur, sedangkan untuk radang telinga luar, gunakan air perasan untuk tetes telinga.  Penyakit wasir dapat diobati dengan cara daun sosor bebek dicuci secukupnya, lalu angin-anginkan sampai kering.  Tumbuk halus daun yang telah kering.  Seduh 1 sendok makan bubuk daun dengan ¾ cangkir air panas. Tambahkan ramuan dengan 1 sendok makan madu, lalu minum selagi hangat sehari 3 kali (Drs. H. Arief Hariana, 2006).

30. Tapak Dara (Catharantus roseus (L.) G. Don)
 
Tapak dara bersifat antineoplastik (antikanker), sitostatika, hipotensif (penenang), menyejukkan darah, menghentikan pendarahan, memiliki rasa sedikit pahit, sejuk, dan beracun (Adi Permadi, 2008).
Pada tanaman ini, seluruh bagian tanaman baik segar maupun kering berkhasiat untuk mengatasi beragam penyakit seperti kanker, limpa, leukimia, hipertensi, kencing manis serta pendarahan akibat penurunan trombosit (Adi Permadi, 2008).
Cara membuat ramuan untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut adalah ambil 15 gram tanaman lalu cuci bersih.  Rebus bahan dengan 500 cc air sampai mendidih dan airnya tersisa 200 cc.  Setelah dingin, saring hasil rebusan dan minum sekaligus.  Tetapi, wanita hamil dilarang minum ramuan berbahan tapak dara karena berbahaya untuk kandungannya (Drs. Arief Hariana, 2006).




Sumber : MENGENAL TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI SEKITAR KITA BESERTA CARA PENGOLAHANNYA (Oleh NETTY HASTUTI, SP)

DAFTAR PUSTAKA
Adi Permadi,  Membuat Kebun Tanaman Obat (Jakarta : Pustaka Bunda, 2008)
Anonim,  Ciplukan-Sentra Informasi IPTEK  (www.iptek.net.id/view.php, 2007)
Anonim, Mahkota Dewa dan Khasiatnya (deatta.wordpress.com/2008/04/11/mahkota dewa)
dr. Lestari Handayani, M. Med (PH) dan Dra. Herti Maryani,  Mengatasi Penyakit Pada Anak Dengan Ramuan Tradisional (Jakarta : Agromedia Pustaka, 2002)
dr. Setiawan Dalimartha, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2 (Jakarta : Trubus Agriwidya, 2000)
Drs. H. Arief Hariana,  Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3 (Jakarta : Penebar Swadaya, 2006)
Fauziah Muhlisah,  Tanaman Obat Keluarga (Jakarta :  Penebar Swadaya, 1999)
Ir. Didah Nur Faridah, M. Si,  Kualitas Rosela Bisa Diukur Dari Warna Merah Seduhannya  (thibbunnabawi.wordpress.com/2008/04/10)
Sisca Dharmayanti,  Berbagai Khasiat Daun Kemangi  (bintanglaut. Wordpress.com/2007/09/28)

TANAMAN OBAT-OBATAN (BAGIAN II)


11. Kencur (Kaemferia galanga Linn.)

 Kencur merupakan tanaman kecil yang tumbuh merapat dengan tanah dan tidak terbatas.   Rimpang bercabang-cabang dan berdesak-desakan serta berwarna coklat.  Daun berbentuk jorong, pangkal daun berbentuk jantung dan berujung lancip, sedangkan bunga berwarna putih (dr. Lestari Handayani, M. Med (PH) dan Dra. Herti Maryati, 2002).
Bagian yang digunakan pada tanaman ini adalah rimpang dan daun.  Kencur berkhasiat menyembuhkan gatal pada tenggorokan, gangguan perut kembung, mual, masuk angin, pegal-pegal, lelah dan radang anak telinga (Adi Permadi, 2008).
Selain itu, rimpang kencur banyak dimanfaatkan untuk ramuan pelangsing, penyegar, obat sakit kepala dan penghangat badan (dr. Lestari Handayani, M. Med (PH) dan Dra. Herti Maryati, 2002).

12. Kumis Kucing (Orthosiphon spicatus B.B.S.)

Kumis kucing tumbuh liar di sepanjang anak sungai atau selokan, atau ditanam di pekarangan sebagai tumbuhan obat.  Bagian yang digunakan adalah daun, batang, akar dan bunga.  Penggunaannya dalam bentuk segar maupun yang telah dikeringkan.  Tanaman ini dapat   menyembuhkan    penyakit  -   penyakit
seperti infeksi kandung kemih, infeksi ginjal akut dan kronis, kencing batu, kencing manis, batu kantong empedu, encok, asam urat, bengkak kandung kemih, infeksi saluran kencing atau kencing sedikit-sedikit, dan keputihan (Adi Permadi, 2008).
Cara pemakaiannya rebus 30-60 g herba kering atau 90-120 g herba segar, lalu minum air rebusannya.  Herba kumis kucing yang kering ataupun yang segar juga bisa diseduh, lalu diminum seperti teh (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).

13. Kunyit (Curcuma longa Linn.)


Tanaman ini bersifat pahit (kecuali daging buah bersifat manis).  Bagian yang digunakan adalah rimpang dalam keadaan segar atau kering.  Rimpang dikonsumsi dengan cara direbus, lalu diminum airnya atau serbuk halus simplisia dimasukkan dalam kapsul lalu diminum sesuai dosis (Adi Permadi, 2008).
Penyakit yang dapat diobati oleh tanaman ini yaitu demam, terlambat haid, eksem, keputihan, radang rahim, radang usus buntu, hepatitis, sakit kuning, gatal akibat cacar air, radang gusi, radang amandel, dan tekanan darah tinggi (Adi Permadi, 2008).
Selain itu, kunyit sangat baik untuk mengobati panas, perut kembung, nyeri, mual, tidak nafsu makan, serta mencegah diare (dr. Lestari Handayani, M. Med (PH) dan Dra. Herti Maryani, 2002).

14. Lengkuas (Alpinia galanga (I.) Willd.)
 
Rimpang merupakan bagian lengkuas yang biasanya digunakan sebagai obat.  Bisa digunakan dalam bentuk segar atau kering.  Lengkuas yang lebih dikenal sebagai bumbu dapur biaa digunakan untuk pengobatan dalam dan   luar.  Untuk    pengobatan    dari dalam, tanaman direbus, lalu diminum airnya.  Bisa juga meminum serbuk herba yang dimasukkan dalam kapsul (Adi Permadi, 2008).
Untuk pengobatan luar, setelah diproses, tanaman dapat ditempel langsung atau digosokkan pada bagian yang sakit.  Lengkuas berkhasiat mengobati panu, kadas, kurap eksim, bercak kulit, demam, radang telinga, bronchitis, masuk angin, dan diare (Adi Permadi, 2008).

15. Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Daun, bunga, dan akar lidah buaya dalam keadaan segar  dapat digunakan untuk obat.  Tanaman ini dapat menyembuhkan kencing manis, batuk rejan, cacingan, susah buang air kecil, luka terpukul, luka dalam (muntah darah), kencing darah, wasir, dan sembelit (Adi Permadi, 2008).
Lidah buaya berfungsi sebagai antiradang, pencahar dan parasitide. Jika dikombinasikan dengan obat lain, lidah buaya jangan direbus, tetapi harus dibuat pil atau bubuk (Adi Permadi, 2008).



16. Lidah Mertua (Sanseviera trifasciata Prain.)


Lidah mertua merupakan salah satu tanaman hias, biasanya ditanam di pekarangan rumah atau dalam pot. Perbanyakan tanaman ini menggunakan anakan.  Lidah mertua mengandung abamagenin (Adi Permadi, 2008).
Bagian yang digunakan atau dimanfaatkan adalah daun.  Daun lidah mertua berkhasiat menyembuhkan borok, bisul, digigit ular berbisa, dan menyuburkan rambut (Adi Permadi, 2008).




17. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (scheff.) Boerl)
 
Mahkota dewa dikenal sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia.  Tumbuhan ini seringkali ditanam sebagai tanaman peneduh.  Ukurannya tidak terlalu besar dengan tinggi mencapai 3 meter, mempunyai buah berwarna merah menyala yang tumbuh dari batang utama hingga ke ranting (Anonim, 2008).
Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman ini adalah daging buah dan daunnya. Tanaman obat ini banyak digunakan untuk mengobati kanker, tumor, eksem, diabetes melitus, hipertensi, dan hepatitis (Adi Permadi, 2008).
Untuk mengolahnya jadi obat pun sangat gampang.  Cuma dengan menyeduh teh racik terbuat dari kulit dan daging buah, cangkang buah atau daunnya, bahan obat alami ini pun siap dipakai (Anonim, 2008). 
Agar lebih aman dikonsumsi, sebaiknya buah mahkota dewa digunakan dalam bentuk simplisia (dikeringkan terlebih dahulu).  Daun mahkota dewa bisa digunakan untuk obat luar, tetapi bijinya tidak dianjurkan untuk dikonsumsi karena beracun (Adi Permadi, 2008).

18. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Bagian yang dapat dimanfaatkan pada tanaman ini adalah buah, daun, kulit batang, dan kulit akar dalam keadaan segar atau kering.  Dimana untuk pengobatan dari dalam, tanaman direbus,   lalu    diminum    airnya.    Bisa juga meminum serbuk herba yang di  masukkan  dalam   kapsul.  Sedangkan untuk pengobatan luar, setelah diproses, tanaman dapat ditempel langsung atau digosokkan pada bagian yang sakit (Adi Permadi, 2008).
Tanaman ini dapat menyembuhkan tekanan darah tinggi, cacar air, beri-beri, kegemukan, radang usus, batuk karena masuk angin, radang amandel, pembengkakan limpa, nyeri limpa, ludah berdarah, lever, sariawan, luka memar, eksem, kencing manis, disentri, dan sembelit.  Selain itu juga berfungsi membersihkan darah, melembutkan kulit kaki yang kasar, menghilangkan ketombe, dan melancarkan kencing (Adi Permadi, 2008).

19. Meniran (Phyllanthus urinaria Linn)
 
Seluruh bagian meniran dapat dimanfaatkan sebagai obat.  Tanaman ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit, diantaranya susah kencing disertai sakit perut atau pinggang, radang ginjal dengan protein dalam  air seni,   nyeri   buang   air kecil,   batu ginjal, disentri, rabun senja, bisul di kelopak mata, rematik, digigit anjing gila/rabies, dan sakit ayan/epilepsi (Adi Permadi, 2008).
Selain itu juga dapat menyembuhkan penyakit diare, radang usus, radang mata merah, sakit kuning, kencing nanah, sariawan, serta menambah nafsu makan pada anak yang berat badannya kurang (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Untuk pengobatan dalam, tanaman direbus lalu diminum airnya. Bisa juga meminum serbuk herba yang dimasukkan dalam kapsul (Adi Permadi, 2008). 
Untuk pengobatan luar, cuci herba segar, lalu giling sampai halus.  Bubuhkan bahan tersebut ke tempat yang sakit (seperti borok), kemudian dibalut.  Cara lain, rebus herba segar dan air rebusannya digunakan untuk mengobati bisul di kelopak mata (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).

20. Mimba/Nimba (Azadirachta indica Juss.)

Tanaman ini menghendaki tempat yang cukup matahari.  Perbanyakan pada tanaman mimba/nimba menggunakan anakan. Tanaman ini bersifat pahit (kecuali daging buah bersifat manis), netral, antidiabetes, antidiare, antipiretik (penurun panas), antibilious, dan mengaktifkan kelenjar-kelenjar.  Efek farmakologis diperoleh dari penggunaan daun, biji, kulit kayu, dan kayu (Adi Permadi, 2008). 
Daun pada tanaman ini dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit dalam, dimana daun mimba segar atau kering direbus, lalu diminum airnya.  Untuk menyembuhkan penyakit luar, daun segar atau kering direbus., lalu digunakan untuk kompres atau daun segar langsung ditempelkan pada bagian yang sakit.  Mimba dapat menyembuhkan penyakit kencing manis, disentri, diare, malaria, masuk angina, eksem, ketombe, hepatitis, gagal lever, kanker lever, dan jerawat (Adi Permadi, 2008).

TANAMAN OBAT-OBATAN (BAGIAN III)

Sumber : MENGENAL TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI SEKITAR KITA BESERTA CARA PENGOLAHANNYA (Oleh NETTY HASTUTI, SP)

DAFTAR PUSTAKA
Adi Permadi,  Membuat Kebun Tanaman Obat (Jakarta : Pustaka Bunda, 2008)
Anonim,  Ciplukan-Sentra Informasi IPTEK  (www.iptek.net.id/view.php, 2007)
Anonim, Mahkota Dewa dan Khasiatnya (deatta.wordpress.com/2008/04/11/mahkota dewa)
dr. Lestari Handayani, M. Med (PH) dan Dra. Herti Maryani,  Mengatasi Penyakit Pada Anak Dengan Ramuan Tradisional (Jakarta : Agromedia Pustaka, 2002)
dr. Setiawan Dalimartha, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2 (Jakarta : Trubus Agriwidya, 2000)
Drs. H. Arief Hariana,  Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3 (Jakarta : Penebar Swadaya, 2006)
Fauziah Muhlisah,  Tanaman Obat Keluarga (Jakarta :  Penebar Swadaya, 1999)
Ir. Didah Nur Faridah, M. Si,  Kualitas Rosela Bisa Diukur Dari Warna Merah Seduhannya  (thibbunnabawi.wordpress.com/2008/04/10)
Sisca Dharmayanti,  Berbagai Khasiat Daun Kemangi  (bintanglaut. Wordpress.com/2007/09/28)

TANAMAN OBAT-OBATAN



Tumbuhan obat yang banyak terdapat di Kalimantan Selatan baik yang dibudidayakan maupun yang tumbuh liar antara lain bandotan, beluntas, bunga kenop, bunga matahari, bunga pukul empat, ciplukan, jambu biji, jeruk nipis, jeruk purut, kemangi, kencur, kumis kucing, kunyit, lengkuas, lidah buaya, lidah mertua, mahkota dewa, meniran,  mengkudu, mimba/nimba, pegagan, putri malu, rosela, sambiloto, sambung nyawa, serei, sirih, sirsak, sosor bebek dan tapak dara.

1. Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

Herba ini rasanya sedikit pahit, pedas, dan sifatnya netral. Bagian yang digunakan untuk obat adalah herba (bagian atas tanah) dan akar. Herba yang digunakan berupa herba segar atau yang telah dikeringkan.  Herba bandotan berkhasiat untuk pengobatan demam, malaria, sakit tenggorokan, radang paru, radang telinga tengah,   perdarahan   ( perdarahan  rahim,   luka berdarah, dan mimisan), diare, disentri, mulas/kolik, muntah, perut kembung, keseleo, pegal linu, mencegah kehamilan, badan lelah sehabis bekerja berat, produksi air seni sedikit dan tumor rahim.  Sedangkan akar berkhasiat untuk mengatasi demam.  Akan tetapi ibu hamil dilarang minum rebusan tumbuhan obat bandotan karena dapat menyebabkan keguguran (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Cara pemakaiannya untuk obat yang diminum, rebus 15-30 g herba kering atau 30-60 g herba segar.  Cara lain tumbuk herba segar, lalu peras dan air perasannya diminum.  Untuk pemakaian luar, tumbuk herba segar sampai halus.  Selanjutnya, campurkan minyak sayur sedikit dan aduk sampai rata, lalu bubuhkan pada luka yang masih baru, bisul, eksim, dan penyakit kulit lainnya (seperti kusta/lepra).  Cara lain, giling herba kering menjadi serbuk lalu tiupkan ke kerongkongan penderita yang sakit tenggorokan.  Selain itu, daun segar dapat diseduh dan air seduhannya dapat digunakan untuk membilas mata, sakit perut, dan mencuci luka (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).

2. Beluntas (Pluchea indica (L.) Lees.)


Tumbuhan ini rasanya getir dan memiliki bau yang khas (sengir).  Bagian yang digunakan adalah daun, akar, dan ekstrak batang.  Daunnya dimakan sebagai lalapan, dapat menambah nafsu makan dan membantu     pencernaan.  Batangnya digunakan segar atau dikeringkan terlebih dahulu.  Beluntas dapat mengatasi bau badan, gangguan pencernaan pada anak-anak, TBC kelenjar leher, nyeri rematik, menghilangkan bau badan, meluruhkan keringat, dan menurunkan panas (Adi Permadi, 2008).


3. Bunga Kenop (Gompherena globosa L.)


Bunga kenop ditanam di pekarangan dan di taman sebagai tanaman hias, atau tumbuh liar di ladang yang cukup mendapat sinar matahari.  Rasanya manis dan sifatnya netral (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Bagian yang digunakan adalah bunga atau seluruh herba segar atau yang telah dikeringkan.  Bunga berkhasiat untuk pengobatan batuk rejan, tuberkulosis paru disertai batuk darah, sesak nafas, bronkhitis akut dan menahun, radang mata, sakit kepala, panas dan kejang pada anak karena gangguan hati, disentri dan tidak lancar buang air kecil.  Sedangkan herbanya digunakan untuk menambah nafsu makan (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Untuk obat yang diminum, rebus 9-15 g bunga segar atau 3-9 g bunga kering, lalu air rebusannya diminum.  Sedangkan untuk pemakaian luar, cuci tanaman segar seutuhnya sampai bersih, lalu giling sampai halus.  Turapkan ramuan ini ke bagian tubuh tang sakit, seperti bengkak/memar akibat terbentur benda keras.  Selain itu, tanaman segar dapat direbus dan airnya digunakan untuk mencuci koreng (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).

4. Bunga Matahari (Helianthus annuus L.)


Seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan dalam keadaan segar atau kering.  Bunga berkhasiat menyembuhkan tekanan darah tinggi, nyeri sakit kepala, pusing, sakit gigi, nyeri menstruasi, nyeri lambung, radang payudara, rematik, dan sulit melahirkan (Adi Permadi, 2008).
Biji bunga matahari berkhasiat mengatasi tidak nafsu makan, lesu, dan disentri berdarah, serta merangsang pengeluaran rash (kemerahan pada campak). Bagian akar berkhasiat menyembuhkan infeksi saluran kencing, bronkhitis, batuk rejan, dan keputihan (Adi Permadi, 2008).
Sedangkan daun berkhasiat menyembuhkan malaria.  Sumsum dari batang dan dasar bunga berkhasiat menyembuhkan kanker lambung, nyeri lambung, sulit dan nyeri buang air kemih serta air kemih berdarah (Adi Permadi, 2008).

5. Bunga Pukul Empat (Mirabilis jalapa L.)


Tumbuhan ini merupakan tanaman hias, dimana bunganya mekar d sore hari dan kuncup kembali menjelang sore.  Nama lain dari bunga ini adalah kembang pagi siang (Fauziah Muhlisah, 1999).
Bagian yang digunakan pada tanaman ini adalah akar, daun, dan buah.  Tanamaan ini berkhasiat menyembuhkan bisul, jerawat, radang amandel, infeksi saluran kencing, kencing manis dan keputihan (Adi Permadi, 2008).
Untuk mengatasi penyakit bisul, 10-12 helai daun bunga pukul empat dicuci, lumatkan dan beri garam.  Tempelkan pada bisul dan sekitarnya, kemudian dibalut.  Untuk mengatasi jerawat, biji bunga pukul empat diambil isinya yang berupa tepung bedak, beri sedikit air dan oleskan pada jerawat.  Sedangkan untuk radang amandel dan radang prostat, akar bunga pukul empat yang segar 10 g dicampur air secukupnya, dibuat jus atau dipipis, kompreskan pada bagian yang sakit (Fauziah Muhlisah, 1999).

6. Ciplukan (Physallis peruviana L.)


Ciplukan merupakan tumbuhan liar, berupa semak/perdu yang rendah dan mempunyai umur kurang lebih 1 tahun.  Tumbuhan ini tersebar di tanah tegalan, sawah-sawah kering serta dapat ditemukan di hutan-hutan jati.  Bunganya berwarna kuning, buahnya berbentuk bulat dan  berwarna  hijau kekuningan bila masih muda, tetapi bila sudah tua berwarna coklat dengan rasa asam-asam manis (Anonim, 2007).
Buah, daun, batang dan akar ciplukan dapat digunakan sebagai obat dalam keadaan segar atau kering.  Penyakit yang bisa disembuhkan dengan tanaman ini yaitu pembengkakan prostat, influenza, sakit tenggorokan, batuk rejan, bronkhitis, gondongan, bisul, dan kencing manis (Adi Permadi, 2008).
Selain itu ciplukan juga bisa mengatasi penyakit diabetes melitus, sakit paru-paru, ayan dan borok.  Adapaun caranya tumbuhan ciplukan yang sudah berbuah dicabut beserta akarnya dan dibersihkan.  Setelah dilayukan, direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring dan diminum 1 kali sehari (Anonim, 2007).

7. Jambu Biji (Psidium guajava L.)


Pohon ini banyak ditanam sebagai pohon buah-buahan.  Bagian yang digunakan adalah daun, buah mengkal, ranting muda, dan akar.  Daun digunakan untuk pengobatan diare akut dan kronis (dr. Lestari Hnadayani, M. Med (PH) dan Dra. Herti Maryani, 2002). 
Selain itu juga untuk mengobati disentri, perut kembung pada bayi dan anak, kadar kolesterol darah meninggi, haid tidak lancar, sering buang air kecil, luka berdarah dan sariawan (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Buah digunakan untuk pengobatan kencing manis, kadar kolesterol darah tinggi dan sembelit.  Sedangkan ranting muda digunakan untuk pengobatan keputihan dan akar untuk pengobatan disentri (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Untuk mengobati penyakit tertentu, lebih disukai buah jambu biji yang daging buahnya berwarna merah.  Saat ini, buah jambu biji telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan jumlah trombosit pada penderita demam berdarah.  Kemungkinan besar, hal ini disebabkan buah jambu biji berkhasiat untuk mengatasi hemostatis, antiradang, dan antioksidan sehingga dapat menghentikan proses agregasi (penggumpalan) trombosit dan perdarahan yng terjadi sebelumnya, seperti mimisan, perdarahan kulit, dan berak darah.  Alhasil, jumlah trombosit cepat meningkat disertai perbaikan kualitas trombosit yang baru terbentuk sehingga dapat berfungsi kembali secara normal (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Cara pemakaiannya, untuk obat yang diminum, rebus 15-30 g daun segar atau 2,5-4,5 g daun kering, lalu rebusannya diminum.  Untuk pemakaian luar, rebus daun segar.  Gunakan air rebusannya untuk mencuci luka.  Cara lain, giling daun segar sampai halus, lalu bubuhkan pada luka berdarah akibat kecelakaan dan benda tajam atau borok di sekitar tulang (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).

8. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Christm. & Panz.) Swingle.)


Biasanya, jeruk nipis ditanam di pekarangan atau di kebun, dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur asalkan mudah meneruskan air dan mendapat sinar matahari penuh (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Bagian utama yang digunakan adalah buah, dimana perasan air jeruk nipis dapat digunakan untuk melangsingkan badan, menghilangkan ketombe, penurun panas, demam, batuk, lendir di tenggorokan,  influenza dan haid yang tidak teratur (dr. Lestari Handayani, M. Med (PH) dan Dra. Herti Maryani, 2002).         
Selain itu, air buahnya juga dapat digunakan sebagai penyedap masakan, minuman penyegar, bahan pembuat asam sitrat, membersihkan karat pada logam atau kulit yang kotor.  Sedangkan bunga dan daun jeruk nipis dapat digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi/hipertensi (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Adapun cara pemakaiannya bermacam-macam.  Untuk obat yang diminum, peras 1-2 buah jeruk nipis.  Perasan ini dapat digunakan tersendiri atau dicampur dengan bahan yang lainnya.  Sedangkan untuk pemakaian luar, aduk air jeruk nipis dengan bahan lain untuk dikompreskan atau dibalurkan ke bagian tubuh yang sakit, seperti demam pada anak-anak, sakit perut, diare, sakit gigi, nyeri haid, kepala pusing, rematik, kurap, jerawat, terkilir, mengecilkan perut, mengecilkan pori-pori di wajah, dan membersihkan lemak di kulit wajah.  Air jeruk nipis juga dapat digunakan sebagai obat kumur pada penderita sakit tenggorokan (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).

9. Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.)

Sama seperti jeruk nipis, bagian yang digunakan pada tanaman ini adalah buah dan daun.  Jeruk purut sering digunakan dalam masakan, pembuatan kue atau dibuat manisan.  Buah jeruk purut dapat digunakan untuk     mengatasi   influenza,    badan lelah, rambut kepala yang bau (mewangikan kulit) serta kulit bersisik dan mengelupas.  Sedangkan daun jeruk purut digunakan untuk mengatasi badan letih dan lemah sehabis sakit berat (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).
Cara pemakaian jeruk purut ini, untuk obat yang diminum, sediakan 1-2 buah jeruk purut yang telah masak, lalu diminum.  Untuk pemakaian luar, belah jeruk purut manjadi 2-4 bagian, lalu gosokkan ke kulit yang bersisik atau perasan buahnya digunakan untuk membasahi rambut setelah keramas (dr. Setiawan Dalimartha, 2000).

10. Kemangi (Ocinum bassilicum ferina Citratum.)

Kita telah lama mengenal kemangi sebagai makanan fungsional yang lezat sekaligus berkhasiat obat.  Seluruh bagian tanaman ini dapat untuk pengobatan dalam keadaan segar atau kering.  Daun kemangi biasa dimakan sebagai  lalap.  Tanaman  ini     berkhasiat    mengatasi    bau    badan bau keringat, bau mulut, badan lesu, serta menyembuhkan panas dalam dan sariawan.  Juga digunakan sebagai peluruh gas perut, peluruh haid, dan peluruh produksi ASI berlebih (Adi Permadi, 2008).
Sari daun kemangi berkhasiat menyembuhkan diare, batu ginjal, sakit kepala, pilek, sembelit, cacingan, maag, dan kejang-kejang.  Selain itu aroma kemangi dapat menolak gigitan nyamuk (Sisca Dharmayanti, 2007).
Sejak zaman dulu, kemangi disuling untuk diambil sari minyak atsirinya yang dapat digunakan untuk pijat aroma terapi karena minyak atsiri kemangi dapat meringankan dan menyegarkan tubuh.  Namun, wanita hamil dilarang menggunakan karena dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya keguguran (Sisca Dharmayanti, 2007).

TANAMAN OBAT-OBATAN (BAGIAN II) 

TANAMAN OBAT-OBATAN (BAGIAN III)

Sumber : MENGENAL TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI SEKITAR KITA BESERTA CARA PENGOLAHANNYA (Oleh NETTY HASTUTI, SP)

DAFTAR PUSTAKA
Adi Permadi,  Membuat Kebun Tanaman Obat (Jakarta : Pustaka Bunda, 2008)
Anonim,  Ciplukan-Sentra Informasi IPTEK  (www.iptek.net.id/view.php, 2007)
Anonim, Mahkota Dewa dan Khasiatnya (deatta.wordpress.com/2008/04/11/mahkota dewa)
dr. Lestari Handayani, M. Med (PH) dan Dra. Herti Maryani,  Mengatasi Penyakit Pada Anak Dengan Ramuan Tradisional (Jakarta : Agromedia Pustaka, 2002)
dr. Setiawan Dalimartha, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2 (Jakarta : Trubus Agriwidya, 2000)
Drs. H. Arief Hariana,  Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3 (Jakarta : Penebar Swadaya, 2006)
Fauziah Muhlisah,  Tanaman Obat Keluarga (Jakarta :  Penebar Swadaya, 1999)
Ir. Didah Nur Faridah, M. Si,  Kualitas Rosela Bisa Diukur Dari Warna Merah Seduhannya  (thibbunnabawi.wordpress.com/2008/04/10)
Sisca Dharmayanti,  Berbagai Khasiat Daun Kemangi  (bintanglaut. Wordpress.com/2007/09/28)

Cara Praktis Membuat Amplang Ikan



Ikan adalah salah satu bahan makanan yang bernilai gizi tinggi yang sangat penting dalam  memenuhi gizi masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan gizi masyarakat, upaya yang dilakukan tidak cukup dengan hanya memproduksi ikan semata, tetapi perlu disertai dengan cara-cara pengolahan ikan sesuai dengan kebutuhan dari jenis ikan yang ada.
Salah satu jenis pengolahan hasil perikanan yang dikembangkan di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah amplang ikan patin, karena bahan baku ikan patin cukup banyak tersedia. Amplang ikan sangata disukai masyarakat baik dikalangan anak-anak maupun orang tua. Amplang ikan memiliki cita rasa yang khas yang lebih mudah diterima lidah masyarakat.

Berikut kami sajikan bagaimana cara pengolahannya:
Siapkan Alat dan Bahan
Alat:
1. Baskom
2. Telenan
3. Kompor
4. Timbangan
5. Penggiling daging
6. Pisau
7. Sendok
8. Mangkok

Bahan:
1. Daging ikan segar (1 kg)
2. Tepung tapioka/kanji (1 kg)
3. Bawang putih (150 gr)
4. Telur itik (1 bj)
5. Penyedap rasa (royko ayam 2bks)
6. Lada (1 bks kecil)
7. Soda kue (1 sdt)
8. Garam (2 sdm)

Langkah Pengolahan :
1. Siang ikan dengan cara membuang kepala dan isi perut sampai bersih setelah itu dicuci.
2. Pisahkan daging dari tulang, kulit dan lemak ikan dengan cara dikeruk menggunakan pisau atau sendok, kemudian dihaluskan dengan penggiling daging.
3. Pembuatan adonan :
- Haluskan bawang putih bersama royko, garam, dan lada
- Campur dan aduk rata tepung bersama soda kue
- Campur dan aduk hingga rata daging bersama telur dan bumbu, kemudian masukan tepung sedikit demi sedikit sambil diaduk sehingga adonan menjadi kalis
- Diamkan adonan kurang lebih 1 jam
- Adonan digiling memanjang lalu dipotong-potong
- Proses penggorengan dilakukan sekitar 30 menit, selama proses penggorengan selalu diaduk agar tidak gosong, kemudian tiriskan.
- Setelah dingin masukan amplang ke dalam plastik kedap uadara dan siap dipasarkan.

Jumat, Mei 02, 2014

PEMBESARAN IKAN PATIN



Pembesaran adalah pemeliharaan ikan patin ukuran tertentu dari hasil pendederan  sampai dengan menghasilkan ikan konsumsi.
Ikan Patin akan tumbuh lebih baik di kolam lumpur dengan aliran air yang mengalir cukup baik, meski demikian bisa juga dipelihara pada kolam semen yang tidak mengalir, tetapi perlu diperhatikan kualitas air agar tetap dalam kondisi yang baik.

Langkah-langkah pemeliharaan ikan patin di kolam sebagai berikut:

1. Pemupukan
Pada kolam lumpur idealnya perlu dilakukan pemupukan sebelum ikan patin ditebarkan. Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan makanan alami dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50-700 gram/m

2. Penebaran Benih
Penebaran benih baru dapat dilakukan setelah persiapan kolam selesai dan plankton dipastikan telah tumbuh. Agar benih yang ditebarkan tidak mengalami stres, penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Penebaran benih dilakukan secara hati-hati dengan cara aklimatisasi suhu air di wadah pengangkutan dengan kolam pembesaran. Jumlah benih patin yang ditebarkan sebanyak 10 - 15 ekor/m3 air dengan ukuran 2 inci per ekornya.

3. Pemberian Pakan
Faktor yang cukup menentukan dalam budi daya ikan patin adalah faktor pemberian makanan. Faktor makanan yang berpengaruh terhadap keberhasilan budi daya ikan patin adalah dari aspek kandungan gizinya, jumlah dan frekuensi pemberin makanan. Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (sampel). Pakan yang diberikan adalah Pelet dan bisa ditambahkan makanan alami lainnya seperti keong emas,bekicot, ikan sisa, sisa dapur dan lain-lain. Makanan alami yang diperoleh dari lingkungan selain mengandung protein tinggi juga menghemat biaya pemeliharaan.

4. Penanganan Hama dan Penyakit
Salah satu kendala dan masalah Budi daya ikan patin adalah hama dan penyakit. Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung dan kolam hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Cegah akses masuk hama tersebut ke kolam atau dengan memasang lampu penerangan si sekitar kolam. Hama tersebut biasanya enggan masuk jika ada sinar lampu. Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.

5. Pemanenan Ikan Patin
Pemanenan adalah saat yang ditunggu pada budi daya ikan patin. Meski terlihat sederhana pemanenan juga perlu memperhatikan beberapa aspek agar ikan tidak mengalami kerusakan,kematian, cacat saat dipanen. Sayang jika budi daya ikan patin sudah berhasil dengan baik, harus gagal hanya karena cara panen yang salah. Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari. Pemasaran ikan patin dalam bentuk segar dan hidup lebih diminati oleh konsumen, karena itu diusahakann menjual dalam bentuk ini.

Cara Membuat Pestisida Hayati untuk Mengendalikan Hama Kutu daun

(sumber gambar: saungsumberjambe.blogspot.com)


Salah satu bahan alami yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pestisida alami adalah daun sirsak yang dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan pestisida hayati untuk mengendalikan hama kutu daun dan juga thrips. Pestisida hayati ini dibuat dari bahan utama daun sirsak.

Bahan-bahan :

1.Daun sirsak: 100 lembar
2.Sabun colek: 2-3 sendok makan
3.Air: 1,5 liter

Cara pembuatan:

1.Rebus daun sirsak dengan 1,5 liter air, hingga air yang tersisa sebanyak 1 liter.
2.Setelah itu tambahkan sabun colek kedalam larutan yang dihasilkan.
3.Untuk pemakaiannya, .

Cara penggunaan:

Campurkan 1 liter larutan pestisida dengan 14 liter air, lalu semprotkan pada tanaman. Waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 10.00 atau sore hari dari jam 15.00 hingga maghrib. Penyemprotan dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu. Yang perlu diingat pada penggunaan ekstrak sirsak ini adalah bahwa pemakaian harus dilakukan beberapa kali, jangan hanya satu kali. Sebab pemakaian secara rutin akan dapat senantiasa melindungi dan mencegah tanamam dari hama kutu daun dan thrips. Ekstrak daun sirsak dapat disimpan hingga 12 bulan sejak dari pembuatan. Namun demikian sebaiknya segera digunakan agar dapat memberikan manfaat secara maksimal.


Sumber :
INFOTEKTAN BPTP KALIMANTAN SELATAN Nomor: 02/ZHH-FN/TP & Horti/2012. Disarikan dari: Koswara Wijaya, Ir. Pestisida Nabati. //petaniwahid.blogspot.com/2008/08/ramuan-pestisida- nabati.html dan C:\Nanik\LIPTAN-PESTISIDA.doc.200
http://kalsel.litbang.deptan.go.id/

Ulat Grayak dan Cara Pengendaliannya

(sumbergambar: alvegasgreen.blogspot.com)

Ulat grayak dikenal dengan nama latin Leucania spp dan Spodoptera spp.
Ulat "Grayak" sangat ditakuti oleh petani karena setiap musim panen hama ini selalu ada. Ulat "grayak" ini menyerang tanaman padi pada semua stadia. Serangan terjadi pada malam hari dan siang harinya, larva ulat "grayak" bersembunyi pada pangkal tanaman, dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi.
Seranga ulat ini memakan helai-helai daun dimulai dari ujung daun dan tulang daun utama ditinggalkan sehingga tinggal tanaman padi tanpa helai daun.
Pada tanaman yang telah membentuk malai, ulat "grayak" kadang-kadang memotong tangkai malai, bahkan ulat "grayak" ini juga menyerang padi yang sudah mulai menguning . Batang padi yang mulai menguning itu membusuk dan mati yang akhirnya menyebabkan kegagalan panen.
Serangga dewasa dari jenis Leucania Separata memiliki ukuran panjang bentangan sayap depan antara 45 - 50 mm dengan warna bervariasi antara merah bata sampai coklat. Serangga ini berumur 3 - 7 hari dan untuk seekor serangga betina ini dapat bertelur sebanyak 80 - 230 butir.
Serangga dewasa jenis Spodoptera litura, memiliki ukuran panjang badan 20 - 25 mm, berumur 5 - 10 hari dan untuk seekor serangga betina jenis ini dapat bertelur 1.500 butir dalam kelompok-kelompok 300 butir. Serangga ini sangat aktif pada malam hari, sementara pada siang hari serangga dewasa ini diam ditempat yang gelap dan bersembunyi.
Serangga ini memiliki telur dengan bentuk bulat. Telur dari serangga Leucania separata susunannya diletakkan dalam 2 barisan dalam gulungan daun atau pada pangkal daun permukaan sebelah bawah, dengan ukuran 0,5 x 0,45 mm, berwarna putih abu-abu dan berubah menjadi kuning sebelum menetas. Sedangkan serangga Spodoptera F susunan telurnya diletakkan dalam kelompok tiap kelompok tersusun oleh 2 - 3 lapisan telur, dan kelompok telur tertutup oleh bulu-bulu pendek berwarna coklat kekuningan dengan umur telur 3 - 4 hari.

Larva Leucania separata memiliki jumlah instar 6 dengan ukuran instar 1 panjang 1,8 mm dan instar 6 panjang 30 - 35 mm berwarna hijau sampai merah jambu dan berumur 14 - 22 hari. Pada bagian punggungnya terdapat 4 garis berwarna hitam yang membujur sepanjang badan.
Larva Spodoptera litura memiliki jumlah instar 5 dengan ukuran instar 1 panjang 1,0 mm dan instar 5 panjang 40 - 50 mm berwarna coklat sampai coklat kehitaman dengan bercak-bercak kuning dan berumur 20 - 26 hari. Sepanjang badan pada kedua sisinya masing-masing terdapat 2 garis coklat muda.
Serangga ulat "Grayak" perlu diwaspadai karena pada siang hari tidak tampak dan biasanya bersembunyi di tempat yang gelap dan didalam tanah, namun pada malam hari melakukan serangan yang hebat dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan panen, mungkin itulah sebabnya maka serangga ini disebut sebagai ulat grayak.
Pada lahan sawah yang kering sering sekali terserang oleh hama ulat grayak, oleh karena itu untuk pengendalian ulat grayak ini kondisi tanah sawah hendaknya diari dan perlu pengamatan lebih awal agar tidak terjadi serangan yang hebat.
Pengamatan awal dapat dilakukan dengan cara apabila ada kupu-kupu atau ngengat serta terlihat adanya telur serangga dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu menangkap kupu-kupu dengan menggunakan jaring serta membunuh telur-telur serangga yang dijumpai.
Meskipun umur larva atau ulat grayak ini berkisar 20 - 26 hari, namun perlu diwaspadai karena larva atau ulat ini dapat menyerang hampir semua tanaman termasuk padi pada semua stadium pertumbuhan.
Setelah 20 - 26 hari ulat ini hidup dan menyerang tanaman, maka ia akan berubah menjadi kepompong dan selanjutnya berubah jadi kupu-kupu. Kupu-kupu bertelur dan setelah 4 - 5 hari akan menetas menjadi ulat atau larva yang akan menyerang tanaman.

Pengendalian
Ulat grayak dapat dikendalikan dengan cara:
1) pengendalian secara biologi antara lain dengan memanfaatkan predator laba-laba antara lain Oxyopes sp, Lycosa sp dan parasitoid Eurytoma poloni, penggunaan jamur patogen serta menggunakan serangga lain Beauveria bassiana;
2) pembrantasan dengan menggunakan pestisida hanya dilakukan bila populasi ulat grayak mencapai ambang pengendalian dengan azas 6 tepat (jenis, dosis, konsentrasi, cara, waktu dan sasaran);
3) pembersihan/sanitasi lingkungan disekitar lahan pesemaian/ pertanaman;
4) penggenangan pesemaian/pertanaman;
5) pengendalian dengan insektisida efektif yang terdaftar dan diijinkan pada saat larva ulat grayak masih kecil dan bila telah ditemukan rata-rata ≥ 2 ekor per rumpun; dan
6) penggenangan dilakukan agar ulat naik ke batang dan dilakukan penyemprotan pada malam hari, dengan cara ini hasilnya lebih efektif.

Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu/PTT (Integrated Crop Management/ICM)
Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), merupakan upaya penyempurnaan teknologi yang sudah ada sebelumnya yaitu teknologi Pengelolaan Hama Terpadu/PHT (Integrated Pest Management/IPM). Titik berat dari PHT adalah pengelolaan hama, penggunaan benih sehat, varietas unggul, teknik budidaya optimal dan tindalkan lainnya agar hama dapat terkendali dengan baik. Selanjutnya dalam teknologi PTT, telah dilakukan penyempurnaan yang meliputi:
1) pemilihan komoditas adaptif sebagai komponnen pola pergiliran tanaman;
2) pemilihan varietas unggul adaptif;
3) pergiliran tanaman yang dapat menambah kesuburan tanah;
4) pengelolaan tanah, hara tanaman, air dan tanaman secara optimal;
5) pengenadlian hama penyakit sesuai prinsip PHT; dan
6) penanganan pasca panen secara optimal untuk memperoleh produk bermutu tinggi dan keuntungan yang wajar.
Peneraan teknologi PTT di beberapa daerah dengan menggunakan inovasi teknologi penggunaan benih unggul bermutu, bibit muda, pemupukan berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan tanaman akan unsur hara serta sistim penanaman dengan teknologi tabela legowo 2:1 dan tapin legowo 2:1 ternyata menekan serangan hama penyakit dan mampu meningkatkan produksi hingga 15-30% serta mampu menghemat tenaga kerja hingga 30%. Rendahnya serangan hama ini antara lain karena pengaruh sistim legowo 2:1 yang menghasilkan ruangan lebih lebar dan memanjang diantara dua baris tanaman yang berjarak rapat [(25cm x 12,5cm) x 50cm] yang membuat iklim mikro menjadi tidak sesuai bagi perkembangan hama.


Sumber :
Petunjuk bergambar Hama dan Penyakit tanaman padi. Deptan
http://cybex.deptan.go.id

Hama Penggerek Batang Padi dan Cara Pengendaliannya

(sumber gambar: magroniaga.blogspot.com)

Penggerek batang padi termasuk salah satu hama paling penting pada tanaman padi yang sering menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil yang tinggi. Keberadaan hama ini ditandai oleh kehadiran ngengat (kupu-kupu), kematian tunas-tunas padi (sundep/dead heart), kematian malai (beluk/white head), dan ulat (larva) penggerek batang
Penggerek batang padi terdapat  sepanjang tahun dan menyebar di seluruh Indonesia pada ekosistem padi yang beragam.  Intensitas serangan penggerek batang padi pernah mencapai 20,5% dan luas daerah yang terserang mencapai 151.577 ha. Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi pada stadia vegetatif tidak terlalu besar karena tanaman masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru. Berdasarkan simulasi pada stadia vegetatif, tanaman masih sanggup mengkompensasi akibat kerusakan oleh penggerek sampai 30%.  Gejala serangan pada stadia generatif menyebabkan malai muncul putih dan hampa yang disebut beluk.  Kerugian hasil yang disebabkan setiap persen gejala beluk berkisar 1-3% atau rata-rata 1,2%. Kerugian yang besar terjadi bila penerbangan ngengat bersamaan dengan stadia tanaman bunting.

Di Indonesia telah dikenal 6 jenis penggerek batang padi, yang terdiri dari 5 jenis famili Pyralidae dan 1 jenis famili Noctuidae. Ke-6 jenis penggerek batang padi tersebut adalah:
(1) Penggerek batang padi kuning, Scirpophaga incertulas (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae),
(2) Penggerek batang padi merah jambu, Sesamia inferens (Walkers) (Lepidoptera: (Noctuidae),
(3) Penggerek batang padi kepala hitam, Chilo polychrysus Meyrick (Lepidoptera: Pyralidae),
(4) Penggerek batang padi bergaris, Chilo suppressalis (Walker) (Lepidoptera: (Pyralidae),
(5) Penggerek batang padi putih, Scirpophaga innotata (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae), dan
(6) Penggerek batang padi berkilat, Chilo auricilius Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae)

Ke enam jenis penggerek batang padi di atas memiliki sifat atau ciri yang berbeda-beda dalam penyebaran dan bioekologinya, namun hampir sama dalam cara menyerang atau menggerek tanaman serta kerusakan yang ditimbulkannya. Dari berbagai jenis penggerek batang padi tersebut kami mencoba mengulas bangaimana penanggulangan hama penggerek batang padi kuning. Tahapan perkembangbiakan penggerek batang padi kuning mulai dari telur, larva, pupa, hingga menjadi ngengat:

1. Telur; Jumlah telur  penggerek batang padi kuning dapat mencapai 50-150 butir/kelompok, ditutupi rambut halus berwarna coklat  kekuningan, diletakkan malam hari (pukul 19.00-22.00) selama 3-5 malam sejak malam pertama, keperidian 100-600 butir tiap betina dan stadium telur selama 6-7 hari.
2. Larva; Umumnya warna larvanya adalah putih kekuningan sampai kehijauan dengan panjang maksimun 25 mm. Stadium larvanya selama 28-35 hari yang terdiri atas 5-7 instar.
3. Pupa; Pupa penggerek batang padi kuning umumnya berwarna kekuning-kuningan atau agak putih, kokon berupa selaput benang berwarna putih, dengan panjang 12-15 mm, serta lama stadium pupanya mencapai 6-23 hari
4. Imago/Ngengat; Setelah melewati stadium pupa, jenis hama ini berubah menjadi ngengat jantan/betina. Ngengat jantan mempunyai bintik-bintik gelap pada sayap depan, ngengat betina berwarna kuning dengan bintik hitam di bagian tengah sayap depan. Panjnag ngengat jantan mencapai 14 mm dan betina 17 mm. Biasanya ngengat aktif bergerak pada malam hari dan tertarik cahaya, jangkauan terbang dapat mencapai 6-10 km. Lama hidup ngengat dapat mencapai 5-10 hari dengan siklus hidup 39-58 hari.

Larva keluar melalui 2-3 lubang yang dibuat pada bagian bawah telur menembus permukaan daun.  Larva yang baru muncul (instar 1) biasanya menuju bagian ujung daun dan menggantung dengan benang halus atau membuat tabung kecil, terayun oleh angin dan jatuh kebagian tanaman lain atau permukaan air.  Larva kemudian bergerak ke tanaman melalui celah antara pelepah dan batang.

Selama hidupnya larva dapat berpindah dari satu tunas ke tunas lainnya dengan cara membuat gulungan ujung daun, menjatuhkan diri ke permukaan air dan memencar ke rumpun yang lain. Perubahan kepadatan populasi penggerek batang padi kuning di lapangan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim (curah hujan, suhu, kelembaban), varietas padi yang ditanam, dan musuh alami yaitu parasitoid, predator, dan patogen.

Sampai saat ini belum ada varietas yang tahan penggerek batang. Oleh karena itu, gejala serangan hama ini perlu diwaspadai, terutama pada pertanaman musim hujan. Waktu tanam yang tepat, merupakan cara yang efektif untuk menghindari serangan penggerek batang. Hindari penanaman pada bulan-bulan Desember-Januari, karena suhu, kelembaban, dan curah hujan pada saat itu sangat cocok bagi perkembangan penggerek batang, sementara tanaman padi yang baru ditanam, sangat sensitif terhadap hama ini. Tindakan pengendalian harus segera dilakukan, kalau lebih dari 10% umpun padi memperlihatkan gejala sundep atau beluk.

Insektisida yang efektif terhadap penggerek batang tersedia di kios-kios sarana pertanian, terutama yang berbahan aktif: karbofuran, bensultap, karbosulfan, dimenhipo, amitraz, dan fipronil. Sebelum menggunakan suatu produk pestisida, baca dan pahami informasi yang tertera pada label. Kecuali untuk kupu-kupu yang banyak beterbangan, jangan memakai pestisida semprot untuk sundep dan beluk.


Sumber :
Mahyuddin Syam, dkk. 2008. Masalah Lapang; Hama, Penyakit dan Hara, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta
www.balitbang.go.id

Hama Walang Sangit dan Cara Pengendaliannya


(sumber gambar: apps.cs.ipb.ac.id)

Walang sangit merupakan hama yang umum ada pada setiap musim tanam padi. Hama ini dapat merusak bulir padi pada fase pemasakan. Mekanisme merusak Walang sangit adalah dengan menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Apabila diganggu, serangga Walang sangit ini akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau kurang sedap. Selain sebagai mekanisme pertahanan diri, bau yang dikeluarkan juga digunakan untuk menarik walang sangit lain dari spesies yang sama. Walang sangit dapat merusak tanaman ketika mencapai fase berbunga sampai matang susu.

Sampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang sangit. Berdasarkan cara hidup walang sangit, tanam serempak dalam satu hamparan merupakan cara pengendalian yang sangat dianjurkan. Setelah ada tanaman padi berbunga, walang sangit akan segera pindah dari rumput-rumputan atau tanaman sekitar sawah ke pertanaman padi yang pertama kali berbunga. Sehingga jika pertanaman tidak serempak pertanaman yang berbunga paling awal akan diserang lebih dahulu dan tempat berkembang biak . Pertanaman yang paling lambat tanam akan mendapatkan serangan yang relatif lebih berat karena walang sangit sudah berkembang biak pada pertanaman yang berbunga lebih dahulu. Dianjurkan beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama serangga Walang sangit adalah menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta gabah menjadi hampa.

Hama ini dapat dikendalikan melalui beberapa langkah, seperti:
-  mengendalikan gulma, baik yang ada di sawah maupun yang ada di sekitar pertanaman;
-  meratakan lahan dengan baik dan memupuk tanaman secara merata agar tanaman tumbuh seragam;
-  menangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum stadia pembungaan;
-  mengumpan walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, claging yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam;
-  menggunakan insektisida bila diperlukan dan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.

Salah satu akibat serangan hama serangga Walang sangit ini, beras akan mengalami perubahan warna dan mengapur. Dengan demikian pencegahan yang dapat dilakukan setelah tanaman padi terserang hama walang sangit adalah dapat menggunakan beberapa jenis insektisida (bila diperlukan) antara lain, yang berbahan aktif seperti :
-  BPMC dengan nama dagang Bassa, Kiltop, dan Baycard
-  Fipronil dengan nama dagang Regent
-  Metolkarb dengan nama dagang Rexal
-  MIPC dengan nama dagang Mipcin, Mikarb, Dharmacin atau
-  Propoksur dengan nama dagang Poksindo.
-  Siflutrin dengan nama dagang Sniper 50 EC

Sumber :
1. Mahyuddin Syam, dkk. 2008. Masalah Lapang; Hama, Penyakit dan Hara, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta
2. Anon,2006. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta

Fungisida Nabati Untuk Penyakit Blas

 
 (sumber gambar: www.taniorganik.com)

Fungisida nabati dapat berupa produk langsung jadi yang dijual dipasaran misalnya Inokulan/starter Trichoderma sp dan Gliocladium sp yang digunakan sebagai tindakan preventif pada masa vegetatif padi.  Fungisida nabati juga dapat dibuat secara sederhana  dari bahan-bahan sederhana. Berikut ini adalah beberapa cara membuat Fungisida Nabati:

Cara Pembuatan
Cara I

Bahan-bahan yang diperlukan (masing-masing 1-2 kg) :

1.bawang putih
2.kunir  putih
3.temu lawak
4.temu ireng
5.kencur
6.umbi gadung

Cara pembuatan:

Cuci dan haluskan semua bahan, campur dan aduk hingga rata, campuran tersebut direndam dalam air bersih ± 5 liter air dalam wadah tertutup dan biarkan 3-4 hari hingga terjadi proses fermentasi setelah itu larutan diperas dan disaring dan siap digunakan.

Cara Penggunaan:

Larutkan biang fungisida nabati kedalam dalam air bersih dengan perbandingan 1 bagian : 4/5 bagian.  Cara aplikasi bisa dengan disemprotkan ke tanaman yang terserang penyakit/belum (untuk pencegahan) dan atau dikocorkan langsung ke pangkal tanaman.  Fungisida organik ini sekaligus juga bisa berfungsi sebagai pupuk organik cair (POC). 

Cara II

Bahan

1.Lenkuas/ laos 1 kg
2.Kunyit/kunir 1 kg
3.Jahe 1 kg

Cara Pembuatan:
1.  Ketiga bahan dihaluskan dengan cara ditumbuk atau diparut
2.  Ambil sarinya dengan cara diperas

Cara Penggunaan:

Ambil larutan yang diperas tadi sebanyak 2 sendok makan dan dicampur dengan air 10 - 15 liter. kemudian semprotkan ke tanaman yang mau diobat/dicegah

Cara III

Bahan :

1.Jahe 1 kg
2.Lengkuas 1 kg
3.Kunyit 1 kg
4.Labu siam 1kg

Caran Pembuatan :
Keempat bahan tersebut diparut lalu diperas, disaring dan diambil airnya. Masukkan air saringan tersebut ke dalam botol atau tempat air lainnya untuk persedian sewaktu-waktu.

Cara Penggunaan:
Untuk pemakaian campurlah setiap satu liter air dengan 20 cc larutan fungisida tersebut.  Jika diperlukan untuk bahan perekat lain dan sekaligus sebagai protein bagi tanaman maka tambahkan 2 butir telur ayam untuk campuran fungisida alami.

Cara IV

Bahan

1.Daun Sirih 300 Gram (± 30 lembar daun)
2.Daun Jambu biji (± 30 lembar daun)
3.Lengkuas 300 Gram

Alat

1.Blender

Cara Pembuatan:

Bahan-bahan dihancurkan dengan blender dengan sedikit air. Kemudian diperas diambil airnya.

Cara Penggunaan:

Ambil air larutan sebanyak 3-5 sendok makan, lalu dicampur 10-15 liter air kemudian semprotkan ke tanaman yang mau diobat/dicegah.

Cara V

Bahan :

1.Air Kelapa 7 liter
2.Susu segar 1 liter/ susu kaleng 1 buah
3.Kuning telur 7 butir
4.Madu 1 sendok makan
5.Gula 1 sendok makan
6.CIU (arak lokal) 1 liter bisa diganti dengan alkohol

Bahan-bahan tersebut dicampur dan dapat diaplikasikan dengan dosis 250 ml dicampur dengan air 10-14 liter (1 tangki)

Sumber : http://epetani.deptan.go.id/budidaya/penyakit-blas-pyricularia-oryzae-cav-pada-tanaman-padi-pengendaliannya-5282?page=9