phone: +62 813 4833 4566
e-mail: bpk.haurgading@gmail.com

Rabu, Desember 19, 2012

Pengendalian Hama Keong Mas



PENDAHULUAN
Hama keong mas adalah salah satu hama yang mengakibatkan tingginya risiko gagal panen pada tanaman padi. Hama ini, sebagian orang menyebutnya dengan siput murbei, memakan batang dan daun padi berumur 15 hari. Serangan hama ini cukup membuat pusing para petani akibat populasinya di areal pertanaman sedemikian cepat perkembangbiakannya.
Tanaman padi yang terserang bisa habis dari pucuk daun hingga ke batang padi muda. Akibatnya tanaman menjadi merana bahkan mengalami gagal panen. Perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh waktu 7 – 4 hari. Disamping itu, satu ekor keong mas betina mampu menghasilkan 15 kelompok telur selama satu siklus hidup (60 – 80 hari), dan masing – masing kelompok telur berisi 300 – 500 butir. Seekor keong mas dewasa mampu menghasilkan 1000 – 1200 telur per bulan. Padi yang baru ditanam sampai 15 hari setelah tanam mudah dirusak keong mas, keong mas bahkan dapat mengkonsumsi seluruh tanaman muda dalam satu malam. Tanda spesifik lain pada pertanaman padi yang terserang hama ini adalah adanya rumpun yang hilang serta adanya potongan daun yang mengambang dipermukaan air.
 Keong Mas

Telur Keong Mas
Keong mas mampu bertahan selama kurang lebih 2 tahun di dalam tanah dan oleh karenanya hama ini relatif sulit untuk diatasi.

PENGENDALIAN KEONG MAS SECARA AMAN
Dalam mengendalikan hama keong mas, umumnya para petani memilih menggunakan moluskisida sintesis yang berharga mahal, berspektrum luas, dan mengganggu organisme nontarget dan juga manusia untuk mengendalikan hama keong mas. Dalam kaitannya dengan pengendalian keong mas, cara-cara yang lebih aman, seperti halnya secara fisik (penggunaan saringan), mekanis (pengambilan langsung) maupun secara biologis (pemberian tanaman yang tidak disukai di saluran-saluran, penggembalaan itik, penanaman bibit yang cukup kuat/tua, dll) lebih direkomendasikan. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengendalikan keong mas.




  1. Pengambilan keong mas secara langsung dengan tangan dari sawah pada pagi dan sore hari ketika keong dalam keadaan aktif dan mudah diambil.
  2. Menggunakan tumbuhan yang mengandung racun bagi keong mas. Misalnya daun sembung (Blumea balsamifera), daun/akar tuba, daun eceng gondok (Monochoria vaginalis), daun tembakau (Nicotiana tabacum), daun calamansi atau jeruk (Citrus microcarpa), daun mabuhay (Tinospora rumphii), dan cabai merah. Selain itu, beberapa tanaman lain yang juga dapat digunakan untuk memberantas keong mas adalah starflower (Calotropis gigantis), nimba (Azadirachtha indica), dan asyang (Mikania cordata) yang mengandung bahan yang dapat membunuh keong mas. Berbagai tumbuhan tersebut dianjurkan diaplikasikan sebelum penanam padi. Saluran kecil dibuat agar keong mas berada di dalam saluran tersebut dan selanjutnya di atas saluran tersebut tempatkan tumbuhan yang disebutkan di atas.
  3. Menggunakan atraktan seperti daun talas (Cococasia esculenta), daun pisang (Musa paradisiaca), daun pepaya (Carica papaya), bunga terompet, dan koran bekas, supaya mudah mengumpulkan keong tersebut. Daun sebagai atraktan diletakkan dalam petakan sawah secara berjejer, berjarak 1-2 meter antar umpan, yang dilakukan sebelum panen sampai 5 minggu setelah tanam. Jumlah atraktan sebagai umpan yang diperlukan sekitar 40 kilogram per hektare. Tinggi air di sawah disarankan sekitar 5-10 centimeter (BP2TP NAD, 2004)
  4. Dibuatkan saluran kecil (sedikitnya lebar 25 centimeter, dan dalamnya 5 centimeter) sepanjang tepi sawah.Saluran berfungsi untuk penjebakan terhadap keong mas, di mana keong mas akan pindah ke dalam saluran tersebut, jika permukaan air berkurang dan dapat dilakukan pengumpulan.
  5. Meletakkan kawat kasa atau anyaman bambu pada pemasukan dan pengeluaran air utama, untuk mencegah masuknya keong mas kecil dan dewasa. Cara ini juga untuk mengambil keong mas yang terperangkap.
  6. Pagar plastik dapat digunakan untuk mencegah masuknya keong mas ke dalam areal persawahan.
  7. Menancapkan ajir bambu sebagai perangkap telur di sawah yang selalu tergenang atau pada saluran pengairan untuk menarik keong mas dewasa bertelur.
  8. Mempertahankan air agar tidak terlalu tinggi (2-3 centimeter) mulai 3 hari tanam
  9. Mengeringkan sawah berkali-kali untuk mengurangi aktivitas perpindahan dan perusakan.
  10. Mempergunakan varietas yang beranak banyak dan kurang disukai keong mas seperti PSB, Rc36, Rc38, Rc40, dan Rc 68.
  11. Penggunaan bahan kimia yang tidak merusak lingkungan dapat juga direkomendasikan. Asam anakardat yang diekstrak dari minyak kulit jambu mete, telah diuji-cobakan dan dapat membunuh keong mas (Rudyanto dan Mercellino, 2006). Teaseed meal merupakan obat yang umum di pasaran, selain itu, dapat juga digunakan saponin, tembakau, dan bibit pinang sebagai bahan pengendalin/pemberantasan keong mas.
  12. Beberapa predator keong mas adalah burung dan itik, kura-kura, ikan serta insekta. Penggembalaan itik di lahan persawahan, merupakan pengendalian yang efektif, dengan tanpa merusak padi yang telah ditanam. Sistem ini dikenal oleh masyarakat dengan sebutan ISG (itik sistem gembala). Penebaran jenis ikan tertentu yang dapat memakan keong mas (dan juga telurnya) akan memberikan keuntungan dalam pengendalian populasi keong tersebut. Jenis ikan-ikan yang mampu memakan keong mas ataupun juga telur keong mas tersebut antara lain Botia sp; Tetraodon sp; Bunocephalus sp., dan Leiocassis sp (sejenis lele-lelean); kelompok Cichlidae , kelompok gurami (gurami, sepat), beta, dan lain-lain. Sistem ini telah lama dikenal masyarakat Indonesia dengan nama mina-padi. Pada sistem ini, manajemen air untuk memberi kemungkinan dapat memakan telur juga mesti dilakukan, sehingga peluang menetas dan berkembang biak keong dapat diputuskan.