phone: +62 813 4833 4566
e-mail: bpk.haurgading@gmail.com

Sabtu, Desember 08, 2012

BUDIDAYA KACANG TANAH


PEMILIHAN VARIETAS
Penggunaa varietas unggul mempunyai potensi hasil yangtinggi, ukuran biji seragam, sehat dan jelas usulnya. Biji kacang tanah yang baru dipanen sangat baik untuk dijadikan benih. Beberapa varietas unggul baru kacang tanah mempunyai karakteristik tertentu, seperti tahan terhadap penyakit layu dan kekeringan atau daya adaptif terhadap PH tinggi.
Pemilihan varietas sebaiknya memperlihatkan kebutuhan pasar.

PERSIAPAN LAHAN

Tanah dibajak 2x sedalam 15 – 20 cm, lalu digaru dan diratakan, dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma dan dibuat bedengan selebar 3-4 meter. Antar bedengan dibuat saluran drainase sedalam 30 cm dan lebar 20 cm yang berfungsi sebagai saluran drainase pada saat becek dan sebagai saluran irigasi pada saat kering.
Jika struktur tanah sudah gembur, maka penyiapan lahan dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida untuk membersihkan gulma kemudian dilakukan pengolahan tanah minimal (minimum tillage) sepanjang barisan/alur yang akan ditanami.

PENANAMAN

Penanaman secara baris tunggal dengan tugal atau alur bajak dengan tanam 35-40 cm x 10-15 cm, satu biji/lubang sehingga populasi sekitar 250.000 tanaman per hektar. Kebutuhan benih antara 90 – 100 biji/ha.
Penanaman juga dapat dilakukan secara baris ganda (50 cm x 30 cm) x 15 cm, satu biji/lubang.

PEMUPUKAN
50 KG Urea/ha atau 100 kg ZA/ha, diberikan bersamaan tanam atau saat tanaman umur antara 7 - 15 hari. Pemupukan paling efisien dilakukan secara larik atau tugal.
Bila kandungan P rendah < 12 ppm P, perlu diberikan 80 kg SP-36/ha pada saat tanam. Bila sudah tinggi > 12 ppm tidak perlu dipupuk P.
Jika kandungan K tersedia dalam tanah kurang dari 0,3 me/100 gr tanah, maka perlu dipupuk dengan KCl sebanyak 33 – 50 kg. pupuk K dapat diberikan bersamaan tanam dengan cara disebar.
Pada tanah dengan kandungan Ca rendah, maka perlu diberi dolomite sebanyak 300-500 kg/ha bersamaan tanam dengan cara disebar atau larikan pada fase pembentukan polong. Pada tanah masam, pemberian dolomite sangat membantu pembentukan dan pengisian polong.
Pada daerah yang endemik klorosis (gejala kuning) karena PH tanahnya tinggi (>7,4) perlu ditambahkan bubuk belerang sebesar 300-400 kg/ha dengan cara mencampur rata dengan tanah dan diberikan pada alur tanaman sebelum tanam. Bila tidak tersedia bubuk belerang, bisa diganti dengan 2,5 – 5 ton/ha pupuk kandang.
Gejala kuning juga dapat diatasi dengan penyemprotan larutan yang mengandung 0,5 – 1 % FeSO4 0,1 % asam sitrat, 3 % ammonium sulfat (ZA), 0,2 % Urea pada umur 30, 45 dan 60 hari untuk mempercepat pemulihan klorosis.

PEMELIHARAAN
1. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Hama utama pada kacang tanah antara lain Wereng kacang tanah (Empoasca fasialin), penggerek daun (Stomopteryx subscevivella), ulat jengkal (Plusia chalcites) dan ulat grayak (Prodenia litura), hama tesebut dapat dikendalikan dengan insektisida endosulfan, klorfirifos, Dursban, Azodrin< Tamaron dan Basudin). Untuk pencegahan, pestisida tersebut dapat diaplikasikan pada umur 25, 35 dan 45 hari.
Penyakit utama kacang tanah antara lain layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), bercak daun (leafspot), penyakit karat (Puccinia arachidis).  Pengendalian dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan atau menggunakan fungisida benomil, mankozeb, bitertanol 45, Baycor, Delsane MX 200 dan Daconil). Untuk pencegahan, fungisida tersebut dapat diaplilkasikan pada umur 35, 45 dan 60 hari.

2. PENYIANGAN DAN PEMBUMBUNAN
Penyiangan gulma pertama dilakukan sebelum tanaman berbunga dan penyiangan kedua setelah ginofor masuk ke dalam tanah. Penyiangan tidak boleh dilakukan saat pembentukan polong karena dapat menyebabkan kegagalan pembentukan polong.
Pembumbunan dilakukan bersamaan penyiangan.

3. PENGAIRAN
Pengairan diperlukan jika tanam dilakukan pada musim kemarau. Periode kritis tanaman terhadap air adalah periode awal (umur hingga 15 hari), umur 25 hari (awal berbunga), umur 50 hari (pembentukan dan pengisian polong) dan umur 75 hari (pemasakan).
Pengairan dilakukan melalui selokan antar bedengan.

4. PANEN DAN PASCA PANEN
Umur panen tergantung varietas dan musim tanam, tanda –tanda tanaman siap panen antara lain : kulit polong mengeras, berserat, bagian dalam berwarna coklat, jika ditekan polong mudah pecah. Jika biji telah penuh, harus segera dipanen, karena bila terlambat, biji dapat tumbuh di lapang.
Setelah panen polong segera dirontokkan, dikeringkan hingga kadar air 12 % yang ditandai dengan mudah terkelupasnya kulit ari. Penundaan polong basah lebih dari 24 jam menyebabkan polong berlendir, mudah terinfeksi jamur Aspergillus flavus dan terkontaminasi aflatoksin yang menyebabkan kacang menjadi pahit dan beraroma tengik.

Sumber : epetani.deptan.go.id