phone: +62 813 4833 4566
e-mail: bpk.haurgading@gmail.com

Rabu, April 30, 2014

CARA MUDAH UNTUK MENGETAHUI pH TANAH

Sebelum bercocok tanam agar tanaman kita menghasilkan produksi yang maksimal maka hal penting yang perlu kita ketahui adalah kecocokan tanaman yang akan kita budidayakan dengan kondisi tanah, salah satunya yaitu mengetahui keadaan pH tanah.
Unuk mengetahui pH tanah ada beberapa cara yang biasa digunakan yaitu dengan alat kertas lakmos dan pH meter, namun dikalangan petani tradisional hal itu sangat lah sulit untuk mendapatkan alat tersebut, namun kedua alat tersebut tergolong akurat untuk mengetahui keadaan pH tanah.
Berdasarkan kendala yang ada maka kami mencoba untuk berbagi bagaimana cara mudah untuk mengetahui keadaan pH tanah.

Langkah pertama siapkan 1 rimpang kunyit, kemudian kunyit tersebut dipatahkan atau dipotong menjadi dua, lalu benamkan kunyit tersebut kedalam tanah yang akan kita ukur pHnya, setelah 30-40 menit kunyit tadi kita ambil dan lihat hasilnya.
Lihat potongan kunyit yang berwarna kuning tadinya, apabila warna potongan kunyit tidak berubah (tetap seperti semula) maka keadaan pH tanah Netral, dan jika warna potongan kunyit berubah menjadi biru maka tanah tersebut Basa, namun bila warna potongan kunyit memudar maka tanah tersebut Asam.

CARA MEMBUAT RANSUM TERNAK ITIK DENGAN BAHAN LOKAL


PENDAHULUAN

Pakan dalam  usaha peternakan merupakan komponen terbesar yang harus disediakan dananya (lebih dari 60%) untuk melaksanakan usahanya agar dapat berlangsung.  Untuk itu perlu dioptimalkan penggunaannya bahan baku lokal sebagai ransum yang diberikan kepada ternak yang dipelihara.
Pada umumnya peternak sudah mengetahui bahan-bahan yang dapat dipergunakan untuk menyusun ransum, tetapi pengetahuan dalam penyusunannya masih kurang tepat terutana kandungan unsur-unsur nutrisi (gizi) yang terkandung dalam ransum yang berikutnya.
Pengelompokan bahan baku sebagai bahan penyusun juga merupakan kendala dalam penyusunan ransum yang dilakukan peternak.  Hal ini disebabkan minimnya informasi kandungan bahan baku lokal yang diketahui oleh peternak.
Pada umumnya pengelompokan bahan baku berdasarkan nilai kandungan nutrisinya dalam bahan baku ransum adalah sebagai sumber energi adalah bahan yang berasal dari biji-bijian dan limbah hasil pengolahannya yang mempunyai kandungan protein dibawah 20%, sedangkan bahan ransum sumber protein adalah bahan yang pada umumnya berasal dari hewan (hewani) dan beberapa kacang-kacangan dan limbah pengolahannya yang mempunyai kandungan protein lebih dari 20%.
Pengelolaan bahan baku lokal sebagai bahan penyusun ransum sebagai berikut :
1.Bahan baku sebagai sumber energi seperti dedak, sagu, jagung, ubi kayu
2.Bahan baku sebagai sumber protein seperti keong (kalambuai), bekicot (siput jepang), ikan air tawar/laut

KANDUNGAN PROTEIN BEBERAPA BAHAN
PAKAN LOKAL


Untuk dapat menyusun ransum yang sesuai dengan yang  diinginkan dan memenuhi standar gizi yang ditentukan kita harus mengetahui kandungan nutrisi setiap bahan penyusun ransumnya.  Berikut tabel kandungan protein bahan baku pakan lokal yang bisa digunakan di Kabupaten Hulu Sungai Utara

No
Bahan
Protein (%)
1.
2.
3.
4.
Dedak
Sagu
Ikan kering rucah
Gabah
12,0
2,2
40,0
9,0


YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENYUSUNAN RANSUM
Dalam penyusunan ransum ada beberapa hal yang harus kita perhatikan diantaranya ketersediaan bahan baku (kontinuitas), tidak bersaing dengan manusia, harga relatif murah dan batas toleransi penggunaan bahan, yaitu batas maksimal bahan-bahan itu digunakan dalam penyusunan ransum serta kebutuhan akan zat gizi setiap fase ternak yang dipelihara.  Sebagai contoh penggunaan bahan sumber energi mempunyai komposisi 60 hingga 80% dalam ransum.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah cara mencampur bahan ransum yaitu bahan ransum yang jumlahnya lebih banyak diletakkan pada bagian paling bawah kemudian diikuti dengan bahan-bahan yang semakin sedikit jumlah.

Kebutuhan Protein Ransum Untuk Ayam dan Itik


No

Jenis Pakan
Kebutuhan Protein Pada Fase (%)
Starter
(Anak)
Grower
(Dara)
Layer
(Dewasa)
1.
2.
Ayam
Itik
19 – 21
18 - 22
16 – 18
16 - 18
16 – 18
18


Dengan mengetahui kebutuhannya maka dengan mudah kita akan menyusun ransum dengan bahan yang ada di sekitar kita.

CARA/METODE MENYUSUN RANSUM

Ada beberapa metode/teknik menyusun ransum, diantaranya sistem coba-coba, segi empat person, linier, aljabar dan yang paling tepat adalah dengan menggunakan komputer.
Dari beberapa tehnik/metode penyusunan itu yang paling mudah dilakukan oleh peternak adalah metode segi empat person.  Metode ini hanya menyusun ransum dengan satu komposisi zat gizi saja, artinya setiap zat gizi yang disusun dengan sekali mencoba.  Misalnya akan menyusun ransum berdasarkan kebutuhan proteinnya, maka yang didapat adalah ransum dengan protein yang diinginkan tetapi gizi yang lain tidak diperhatikan.  Misal yang lain bila menyusun ransum berdasarkan kandungan energinya maka kandungan yang lain tidak diperhatikan sehingga hasil dari susunan ransum menggunakan metode/cara ini tidak bisa dikatakan sebagai ransum lengkap.
Metode/cara ini dikatakan yang paling mudah untuk dilaksanakan karena selain cara perhitungannya yang sederhana juga biasanya menggunakan bahan-bahan penyusun yang tidak terlalu banyak (2 – 3 bahan saja)
Sebagai contoh kita akan membuat ransum itik yang sedang produksi :

Langkah Kerja
1.Tetapkan kandungan protein sesuai standar kebutuhan
2.Inventarisir bahan yang akan kita gunakan sebagai bahan penyusun ransum (dedak dan ikan rucah atau bahan-bahan lainnya)
3.Sediakan alat tulis     dan hitung (untuk memudahkan menghitung bagian-bagian bahan yang digunakan)

Setelah selesai persiapan-persiapan diatas langkah selanjutnya adalah :
1.Kandungan protein yang diinginkan adalah 18%
2.Bahan yang akan digunakan adalah dedak dan ikan rucah dengan kandungan protein masing-masing bahan adalah 12% dan 40%.

Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan yaitu dengan cara :
- Buatlah segi empat
- Tuliskan angka 18 di tengah segi empat tadi
- Tuliskan kandungan protein dedak di sudut kiri atas
- Tuliskan kandungan protein ikan rucah disudut kiri bawah
- Sesuai dengan garis diagonal, isi sudut kanan atas dengan selisih anatar kandungan protein ikan rucah dengan protein standar.
- Begitu juga dengan sudut kanan bawah, isikan selisih antara kandungan protein dedak dengan protein standar
- Jumlahkan angka-angka yang ada pada sudut-sudut disebelah kanan (jumlah tersebut setara dengan 100% campuran)
- Hitung jumlah setiap bahan dengan cara membagi angka pada sudut kanan atas dengan jumlah bahan dikali 100% (sama dengan jumlah dedak yang diperlukan)
- Hitung pula angka pada sudut kanan bawah dibagi dengan jumlah kedua bahan dikali 100% (sama dengan jumlah ikan rucah yang diperlukan)

  

Dedak yang dibutuhkan  = 22/28 x 100%
                                     = 78,6%

Ikan Rucah yang dibutuhkan = 6/28 x 100%
                                           = 21,4%

Jadi untuk menyusun ransum itik petelur (100 kg ransum) dengan kandungan protein 18% (standar protein itik petelur) dibutuhkan dedak 78,6 kg dan ikan rucah 21,4 kg







Cara Mengembang Biakan EM4


(sumber gambar: ternatiflele.wordpress.com)

Adapun cara mengembangbiakkan EM4 ini adalah:

Resep/Cara 1
Alat dan Bahan :
    1. Em 4 = 1 liter
    2. Air gula merah = ½ kg + 1 liter air
    3. Sari buah nenas (4 buah) + 38 liter
    4. Jerigen isi 40 liter

Cara Pembuatan :
Campur semua bahan dalam wadah tertutup/jerigen, lalu tutup rapat wadah selama seminggu, em4 siap pakai.

Resep/Cara 2
Alat dan Bahan :
    1. 3 liter cairan EM 4 ( 3 botol @ 1 liter)
    2. Drum plastic 200 liter
    3. 500 gr gula merah / putih
    4. 180 liter air
    5. 0,5 kg terasi yang sudah dicairkan dengan air secukupnya (opsional untuk hasil yang lebih baik)

Cara Pembuatan :
Campur semua bahan dalam wadah tertutup/jeregen, lalu tutup rapat wadah selama seminggu, EM4 siap pakai.

Resep/Cara 3
Alat dan Bahan :
    1. Tetes tebu 3 liter
    2. Em-4 2 liter
    3. Air 95 liter
    4. Kantung plastik/drum (ada tutup)
    5. Tali

Cara Pembuatan :
    1. Dicampur air, tetes tebu dan EM4
    2. Diikat atau ditutup
    3. Dibiarkan selama kurang lebih 2 minggu.

PENYAKIT BLAS TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA


(sumber gambar: antonmhb.lecture.ub.ac.id)

Pada awalnya penyakit blas dikenal sebagai salah satu kendala utama pada padi gogo, tetapi sejak akhir 1980-an penyakit ini juga sudah terdapat pada tanaman padi sawah beririgasi.
Penyakit blas pada tanaman padi disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea. Jamur Pyricularia grisea dapat menyerang semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen.
Pada fase persemaian dan vegetatif umumnya menyerang daun sehingga disebut Blas daun. Blas daun merupakan bercak coklat kehitaman berbentuk belah ketupat dengan pusat bercak berwarna putih.
Pada fase tanaman tua (generatif) umumnya penyait ini menyerang leher malai, malai, bulir padi dan kolar daun, umumnya disebut Blas leher atau busuk leher. gejalanya bercak coklat kehitaman pada pangkal leher yang mengakibatkan leher malai tidak mampu menopang malai dan patah.
Penyakit blas tidak hanya menyerang tanaman padi tetapi dapat juga menyerang tanaman lain seperti gandum, surgum dan spesies rumput-rumputan. pada lingkungan yang kondusif blas dapat menyebabkan kematian.

TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit blas :
- Tanah
- Pengairan
- Kelembaban
- Suhu
- Pupuk
- Ketahanan Varietas
maka pengendalian penyakit blas yang dianjurkan adalah pengendalian secara terpadu dengan berbagai cara yang dapat menekan perkembangan penyakit.

A. Pengendaluan Penyakit Blas Dengan Teknik Budidaya

1. Penanaman Benih Sehat
Pengendalian penyakit blas lebih efektif apabila dilakukan sedini mungkin. Untuk mencegah penularan melalui benih maka perlu dilakukan pengobatan benih dengan fungisida sistemik seperti Trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5gr/kg benih, pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih atau pelapisan benih.

2. Perendaman Benih
Benih direndam  dalam larutan fungisida  yang berbahan aktif Trisiklazole selama 24 jam dan selama perendaman larutan diaduk merata setiap 6 jam. Perbandingan berat biji dan volome air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida). Sesudah melakukan perendaman benih dikering anginkan diatas kertas koran hingga gabah siap disemai, pada padi sawah perendaman dilakukan sebelum pemeraman.

3. Cara Pelapisan
Cara ini lebih efektif dibandingkan dengan cara perendaman seingga lebih cocok untuk lahan kering (gogo). Benih direndam kedalam air murni (tanpa campuran) selama 2-3 jam lalu tiriskan hingga air tidak menetes lagi. kemudian fungisida dicampur/diaduk rata dengan benih.

4. Cara Tanam
Untuk memberikan kondisi linkungan yang kurang mendukung bagi perkembangan penyakit sangat dianjurkan  tanam dengan jarak tanam Legowo dan menggunakan sistem pengairan secara berselang. Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban sekitar kanopi pertanaman.

5. Pemupukan
Pemberian pupuk N dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan Pupuk K menyebabkan tanaman lebih tahan terhadap penyakit blas. Oleh karena itu agar perkembangan penyakit dapat ditekan dan diperoleh produksi yang tinggi  disarankan menggunakan pupuk N dan K secara berimbang.

B. Penanaman Varietas Padi Yang Tahan Blas

Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah penggunaan varietas tahan.
Beberapa varietas padi yang tahan terhadap blas adalah :
- Inpari 21
- Inpari 22
- Inpari 26
- Inpari 27
- Inpago 4 sampai inpago 8
Usaha lain yang perlu diperhatikan  yaitu tidak menanam padi secara monokultur (1 atau 2 varietas) secara luas dan terus menerus, apabila tanaman padi ditanam berturut-turut sepanjang tahun maka harus dilakukan pergiliran varietas atau rotasi gen.

C. Penggunaan Fungisida Nabati dan Kimia Melalui Penyemprotan Tanaman

1. Fungisida Nabati
Fungisida nabati dapat berupa produk langsung jadi yang dijual dipasaran misalnya Inokulan/starter Trichoderma sp dan Gliocladium sp yang digunakan sebagai tindakan preventif pada masa vegetatif padi.  Fungisida nabati juga dapat dibuat secara sederhana  dari bahan-bahan sederhana.
Untuk cara pembuatan fungisida nabati dapat dilihat pada Halaman ini


2. Fungisida Kimia
Penggunaan fungisida kimia juga dianjurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas dengan ketentuan menggunakan Pengendalian Hama secara Terpadu dan tepat guna

Penyemprotan dilakukan dua kali yaitu pada masa anakan maksimum dan masa awal berbunga.

Beberapa fungisida sistemik yang biasa ada dipasaran :
- Isoprotiolane
- Trisiklazol
- Kasugamycin
- Thiopanatemethyl
- Difenoconazol
- mikocide 70
- Amistartop
- Score
- Pyoguilon
- Nelumbo 250 EC
- Prima Vit

Dosis:
Bahan Aktif Nama Dagang Dosis/Hektar
Isoprotiolane Fujiwan 400 EC 1lt
Trisiklazol Denis 75 WP 1lt/kg
BLAST 200 SC
Filia 525 SE
Kasugamycin Kasumiron 25 WP 1kg
Thiopanatemethyl Topsin 70 WP 1kg
Difenoconazol Score 250 EC 0,5lt


Pencegahan
1. Sanitasi lingkungan
2. Pemakaian jerami Sebagai Kompos
Jamur P. grisea dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman padi atau jerami, maka dari itu perlu dilakukan Pembenaman jerami dalam tanah sebagai kompos pada saat proses dekomposisi miselia dan spora jamur mati karena naiknya suhu.

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

Seperti yang dibahas sebelumnya, perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti  batang, cabang, ranting, pucuk,  daun, umbi  dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.

Teknik-Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

1. Stek
(sumber gambar cariilmu11.blogspot.com)

Stek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif yang dapat dilakukan menggunakan organ akar, batang, maupun daun tanaman. Tanaman yang distek, salah satu organ tanamannya dipotong dan bisa langsung ditanam pada media penanaman Teknik stek banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias dan buah, seperti anggur (Vitis vinivera), markisa (Passiflora edulis), sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), apel (Malus sylvestris), lada (Piper nigrum), dan vanili (Vanila planifolia).

2. Cangkok
(sumber gambar : bangmiing.blogspot.com)

Teknik cangkok (marcottage atau air layerage) banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan cara lain, seperti stek, biji, atau sambung. Tanaman yang biasa dicangkok umumnya memiliki kambium atau zat hijau daun, seperti mangga (Mangifera indica),  sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), alpukat (Persea americana), dan lain-lain. Tanaman lain yang tidak berkambium dan bisa diperbanyak dengan sistem cangkok adalah salak dan jenis-jenis bambu.

3. Penyusuan
(sumber gambar : buahtropis.wordpress.com)

Penyusuan (approach grafting) merupakan cara penyambungan di mana batang bawah dan batang atas masing-masing tanaman masih berhubungan dengan perakarannya. Keuntungannya tingkat keberhasilan tinggi, tetapi pengerjaannya agak merepotkan, karena batang bawah harus selalu didekatkan kepada cabang pohon induk yang kebanyakan berbatang tinggi. Kerugiannya penyusuan hanya dapat dilakukan dalam jumlah terbatas, tidak sebanyak sambungan atau menempel dan akibat dari penyusuan bisa merusak tajuk pohon induk. Oleh karena itu penyusuan hanya dianjurkan terutama untuk perbanyakan tanaman yang sulit dengan cara sambungan dan okulasi, misalnya alpukat (Persea americana), belimbing (Averrhoa carambola), durian (Durio zibethinus).

4. Okulasi
(sumber gambar : leira-fruit.blogspot.com)

Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk, lalu dimasukkan atau ditempelkan di bagian batang bawah yang sebagian kulitnya telah dikelupas membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak, atau U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua bagian tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Penyatuan kedua tanaman ini terjadi setelah tumbuh kalus dari kedua tanaman tersebut. Akibat pertumbuhan kalus ini akan terjadi perekatan atau penyambungan yang kuat. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi yaitu : mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea americana), dan jeruk (Citrus sp.).

5. Sambung
(sumber gambar : aosfarm.blogspot.com)

Teknik sambung merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif yang banyak dilakukan oleh para petani dan penangkar bibit buah-buahan. Teknik sambung dilakukan dengan menyambungkan atau menyisipkan batang atas ke batang bawah. Batang bawah yang digunakan bisa berasal dari biji, stek, bahkan tanaman yang sudah tua untuk diremajakan atau diganti dengan varietas baru. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi yaitu : mangga (Mangifera indica), manggis (Garcinia mangostana), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea americana), dan jeruk (Citrus sp.).


Sumber : http://stf08.wordpress.com/teknik-perbanyakan-tanaman/
http://thlbanyumas.blogspot.com/2010/12/perbanyakan-tanaman.html
http://nopriastor.wordpress.com/2012/06/12/dasar-dasar-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatif/

Kamis, April 24, 2014

Perbanyakan Tanaman



Perbanyakan tanaman dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Perbanyakan tanaman dengan cara generatif (sexual) yaitu yang dikenal dengan perbanyakan menggunakan biji.
2. Perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif (asexual) yaitu dikenal dengan perbanyakan tanaman dengan menggunakan cara buatan ( tidak menggunakan biji ).

Berikut kita ulas satu persatu pengertian dari perbanyakan tanaman tersebut

1. Perbanyakan Tanaman Secara Generatif

Teknik ini adalah yang paling kita kenal dan yang paling sering kita pakai, yaitu perbanyakan dengan menggunakan biji. Cara ini memang sederhana dan murah, namun pada beberapa jenis tanaman tertentu bisa menjadi tidak efisien dan ekonomis, misalkan: pada tanaman Sanseviera lorenti trifaciata, bisa saja dengan menggunakan biji, namun hasil yang didapat tidak bisa semaksimal dengan menggunakan stek, dikarenakan perbanyakan dengan biji memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan perbanyakan tanaman secara Generatif:
a. Sifat induknya tidak dapat diturunkan secara sempurna kepada anaknya karena faktor keragaman genetik (pencampuran 2 jenis tanaman jantan-betina)
b. lebih lambat berbunga dan berbuah dibandingkan dengan perbanyakan secara Vegetatif.

Kelebihan perbanyakan tanaman secara Generatif:
a. Dapat dikerjakan dengan mudah
b. Biasanya lebih sehat dan hidup lebih lama
c. Memungkinkan diadakan perbaikan –perbaikan sifat tanaman lewat persilangan baru.
d. Benih lebih mudah disimpan dan dan dikirimkan.
e. Tanaman mempunyai perakaran tunggang yang dalamsehingga tahan kekeringan pada musim kemarau dan tahan rebah.

2. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah suatu cara perbanyakan tanaman menggunakan bagian-bagian tanaman seperti : batang, pucuk,  daun, umbi  dan akar, untuk menghasilkan tanaman baru, yang sama dengan induknya. Arti penting perbanyakan tanaman secara vegetatif antara lain mempertahankan genotipe unggul, mengatasi masalah pada perkecambahan dan penyimpanan biji, memperpendek waktu berbunga dan berbuah, menggabungkan lebih dari satu genotipe dalam satu tanaman, mengendalikan fase perkembangan tanaman, dan mendapatkan keseragaman tanaman. Teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu stek, cangkok, penyusuan, okulasi, dan sambungan.
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif meliputi aspek anatomi, fisiologi, dan genetik Aspek anatomi berkaitan dengan pengetahuan struktur internal dari akar, batang, dan daun. Aspek fisiologi berkaitan dengan peranan secara fisiologis berbagai hormon tanaman dalam mempengaruhi pertumbuhan hasil perbanyakan tanaman. Aspek genetik berkaitan dengan keseragaman dan keragaman genetik tanaman yang diperbanyak secara vegetatif.

Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif:
a. Membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang banyak.
b. Tanaman yang diperbanyak dengan stek dan cangkok, terutama tanaman buah atau tanaman keras akarnya bukan berupa akar tunggang sehingga tanaman tidak terlalu kuat atau mudah roboh.
c. Tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan tingkat keberhasilannya sangat rendah.

Keunggulan perbanyakan tanaman secara vegetatif:
a. Menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya.
b. Lebih cepat berbunga dan berbuah.
c. Bisa ditanam didalam pot sehingga harga jualnya lebih tinggi

Pentingnya Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
1). Upaya mempertahankan genotipe unggul
Jenis-jenis tanaman pohon tropis sebagian besar adalah menyerbuk silang, yang berarti jika melalui rekombinasi gen-gen selama reproduksi seksual, banyak karakteristik penting yang mungkin hilang. Jika individu tanaman unggul yang telah diidentifikasi oleh petani atau peneliti, informasi genetis tersebut dapat tetap dipertahankan melalui perbanyakan secara vegetatif, sehingga memungkinkan perbanyakan individu-individu unggul yang sama pada generasi berikutnya.

2). Upaya mengatasi adanya permasalahan pada perkecambahan dan penyimpanan biji
Beberapa spesies tanaman pohon ada yang menghasilkan buah tanpa biji (misalnya, beberapa kultivar jeruk) dan perlu untuk diperbanyak secara vegetatif, yang lainnya ada yang berbuah sangat jarang atau tak menentu. Banyak species tanaman pohon tropis yang memiliki benih/biji rekalsitran  sehingga memerlukan prosedur penanganan khusus dan sering tidak praktis. Dalam kasus-kasus ini, perbanyakan tanaman secara vegetatif memungkinkan menjadi alternatif yang cocok dan lebih murah untuk produksi bibit dengan tingkat keseragaman bibit yang dihasilkan tinggi dibandingkan perbanyakan tanaman secara generatif.

3). Upaya memperpendek waktu untuk berbunga dan berbuah
Arti penting lainnya dari perbanyakan vegetatif adalah upaya memperpendek siklus reproduksi siklus dari tanaman pohon. Hal ini sangat penting ketika produk yang diinginkan dari tanaman tersebut berupa bunga, buah atau biji-bijian. Perbanyakan tanaman secara vegetatif sebagian besar dilakukan dengan sambungan atau stek dari pohon dewasa, yang mempertahankan karakteristik lebih cepatnya waktu pendewasaan setelah okulasi atau pengakaran.

4). Upaya menggabungkan lebih dari satu genotipe dalam satu tanaman
Grafting adalah cara yang unik untuk menggabungkan sifat-sifat yang diinginkan dari dua atau lebih tanaman ke dalam satu individu. Sambungan grafting dengan sifat-sifat buah tertentu dapat dicangkokkan ke batang bawah dengan sifat-sifat lain yang diinginkan, seperti tahan nematoda. Kemungkinan lain adalah grafting lebih dari satu kultivar ke batang yang sama, misalnya, untuk memperpanjang periode sambungan dengan penyambungan varietas awal dan akhir pada satu pohon. Pengenalan cabang penyerbuk ke individu tanaman betina adalah memungkinan untuk spesies dengan bunga berumah dua (dioecious).

5). Upaya mengendalikan fase perkembangan
Sebuah tanaman mengalami beberapa tahapan usia yang bisa dibedakan oleh kekuatan pertumbuhan dan pembungannya. Tanaman juvenil yang vigor, memiliki dominasi apikal yang kuat dan mudah beregenerasi melalui perbanyakan secara vegetatif. Tanaman dewasa yang tidak vigor tidak mudah beregenerasi melalui perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif melanggengkan tahap kedewasaan dari tanaman induk. Fiksasi dari fase perkembangan suatu tanaman dapat memiliki manfaat ekonomi seperti pada tanaman buah yang berbunga lebih awal setelah dilakukan grafting karena mata sambungan diambil dari tanaman dewasa atau pohon kayu yang akan mempertahankan kekuatan juvenilnya ketika berakar sebagai potongan dari bahan tanaman yang juvenil. Namun beberapa bentuk perbanyakan secara vegetatif, terutama stek akar, yang selalu menyebabkan tanaman juvenil, sebuah karakteristik yang mungkin tidak diinginkan dalam kasus-kasus tertentu.

6). Upaya mendapatkan keseragaman tanaman
Keseragaman bentuk pertumbuhan atau musim berbuah pada banyak tanaman yang dibudidayakan secara komersial memiliki nilai ekonomis yang penting. Keseragaman tersebut juga bias memiliki arti penting dalam ujicoba penanaman secara agroforestry.

Sumber : http://stf08.wordpress.com/teknik-perbanyakan-tanaman/
http://thlbanyumas.blogspot.com/2010/12/perbanyakan-tanaman.html
http://nopriastor.wordpress.com/2012/06/12/dasar-dasar-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatif/